KAYANTARA.COM, TARAKAN – Hingga saat ini, Juli 2020 jumlah investor di Indonesia berdasarkan Single Investor Identification (SID) baru berjumlah 1,2 juta dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta. Jumlah ini baru merepresentasikan 1,2% penduduk Indonesia yang telah melakukan investasi di Pasar Modal Indonesia.
Demikian disampaikan Divisi Pengembangan Pasar Bursa Efek Indonesia (BEI), Kemas Rumaiyar, dalam Webinar Series 4.0 Jilid IV yang mengusung tema “Akselerasi Ekonomi dan Pengelolaan Keuangan di Tengah Pandemi” yang digelar KPwBI Kaltara, Selasa (14/7/2020).
Menurutnya, ada beberapa alasan yang umum dikeluhkan masyarakat sehingga belum memulai melakukan investasi Sebagian besar adalah karena ketakutan akan risiko yang ada di Pasar Modal Indonesia.
“Padahal dimanapun kita melakukan investasi baik dalam emas, tanah maupun properti selalu ada risiko di dalamnya,” katanya.
“Apabila kita mampu memilih perusahaan yang baik dan terus berkembang di Indonesia, maka investor dapat memperoleh keuntungan yang cukup signifikan,” tambah Kemas Rumaiyar.
Beberapa perusahaan besar seperti Astra Internasional, Bank BRI, dan Bank BCA mampu memberikan imbal hasil yang signifikan bahkan hingga lebih dari 100% sejak tahun 2000.
Dalam waktu singkat, pasar modal memang sulit untuk diprediksi, namun dalam jangka panjang keuntungan ini bisa lebih diprediksi terutama dengan memperhatikan kinerja perusahaan melalui laporan tahunan maupun laporan keuangan yang dapat di unduh di website Bursa Efek Indonesia (BEI) ataupun dari masing-masing perusahaan.
Dalam melakukan investasi di Pasar Modal, sebaiknya masyarakat dapat menggunakan “uang dingin” sehingga apabila mengalami kerugian cashflow masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak terganggu. Dan untuk yang baru memulai investasi di saham dapat mulai dengan membeli perusahaan yang sudah mature dan konsisten berkembang di tiap tahunnya. (sur)