KAYANTARA.COM, TARAKAN-Merespons kasus pemalsuan uang yang marak terjadi belakangan ini, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), Wahyu Indra Sukma meminta masyarakat untuk melakukan pengenalan ciri uang rupiah asli. Caranya dengan melakukan metode 3D yaitu dilihat, diraba sampai diterawang.
Selain itu, masyarakat juga dapat menggunakan alat bantu berupa lampu ultraviolet (UV) untuk mengidentifikasi ciri keaslian uang rupiah kertas yang memendar dalam beberapa warna.
Diketahui bahwa uang palsu yang ditemukan berpendar di bawah lampu UV berkualitas sangat rendah, dan memiliki pendaran yang berbeda baik dari segi lokasi, warna, dan bentuk dengan uang rupiah asli.
Kemudian, secara visual uang palsu dimaksud sangat mudah diidentifikasi tanpa perlu menggunakan bantuan lampu UV. Untuk itu, masyarakat dihimbau untuk tidak perlu khawatir dalam bertransaksi menggunakan uang rupiah dan tetap berhati-hati dengan mengecek keaslian uang cukup melalui metode 3D.
Di Kaltara sendiri, lanjut Wahyu, laporan uang palsu yang masuk ke Bank Indonesia di tahun 2024 sebanyak 5 (lima) lembar/ bilyet dengan pecahan Rp100.000 (seratus ribu rupiah). Hingga kini, belum ada laporan tambahan setelah munculnya kasus pemalsuan uang di UIN Alauddin.
Menanggapi hal ini, Wahyu Indra Sukma menyampaikan, agar masyarakat dapat segera melaporkan kepada Bank Indonesia atau Aparat Penegak Hukum jika ada temuan rupiah yang diduga palsu, agar dapat langsung diperiksa kebenarannya dan ditindak lanjuti sesuai ketentuan.
Selain itu, Indra juga menyebutkan pentingnya untuk dapat mengenali keaslian rupiah, “Ini juga kenapa kami gencar melaksanakan sosialisasi dan edukasi ciri keaslian uang rupiah, agar kita punya kemampuan untuk bisa mengenali yang asli dan dapat terhindar dari yang palsu,” ujarnya pada Rabu (1/1/2025).
Menurutnya, kasus pemalsuan uang secara umum memanfaatkan kelengahan masyarakat untuk melakukan kejahatan, dibandingkan dengan menggunakan teknologi canggih untuk produksi uang palsu.
Untuk itu, Bank Indonesia terus melakukan edukasi kepada seluruh lapisan masyarakat secara nasional melalui kampanye Cinta, Bangga, Paham (CBP) rupiah, dengan pesan utama untuk masyarakat mengenali ciri keaslian uang rupiah melalui metode 3D dan senantiasa merawat uang rupiah untuk menjaga diri dari kejahatan uang palsu.
Berdasarkan data Bank Indonesia, temuan uang palsu menunjukkan tren yang semakin menurun seiring dengan meningkatnya kualitas uang (bahan uang, teknologi cetak, dan unsur pengaman) yang semakin modern dan terkini, di samping adanya literasi CBP Rupiah nasional secara masif dan koordinasi rutin dengan seluruh unsur Botasupal.
Sepanjang tahun 2024 rasio uang palsu tercatat sebesar 4 ppm (piece per million atau 4 lembar dalam setiap 1 juta uang yang beredar), atau lebih rendah dari tahun 2022 dan 2023 pada 5 ppm, 2021 pada 7 ppm, dan 2020 pada 9 ppm.
Sejalan dengan best practice internasional, Bank Indonesia terus berupaya melakukan penguatan kualitas uang rupiah sebagai bagian dari strategi preventif, dalam penanggulangan uang palsu agar desain uang rupiah semakin mudah dikenali dan menyulitkan pemalsuan.
Sebagai upaya preventif, dalam kampanye edukasi CBP Rupiah Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi ciri keaslian uang rupiah, serta menghimbau masyarakat untuk memastikan keaslian uang rupiah kertas melalui metode 3D.
Lanjut Wahyu, Bank Indonesia secara berkala berkoordinasi dengan seluruh unsur Botasupal (BIN, Polri, Kejaksaan, DJBC), perbankan, dan instansi terkait lainnya dalam melakukan pencegahan dan pemberantasan uang palsu.
“Bank Indonesia juga turut menghimbau masyarakat untuk senantiasa menjaga dan merawat uang rupiah dengan baik, guna memudahkan masyarakat dalam mengenali keaslian uang rupiah,” jelasnya. (*)