Belasan Napi Tarakan Belajar Berkebun, Program Asimilasi Jadi Bekal ketika Bebas

Sejumlah tahanan Lapas Tarakan saat menanam sayur terong di wilayah Lapas dalam program asimilasi dan edukasi. (Foto: Mansyur/Kayantara.com)

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Kaltimtara, Agus Subandrio menaruh harapan besar kepada warga binaan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kota Tarakan agar bisa mandiri dan diterima oleh masyarakat ketika bebas nanti.

Olehnya itu, pihaknya bertanggungjawab penuh membina para nara pidana (napi) dengan baik selama menjalani masa tahanan di balik jeruji besi. Salah satunya melalui program asimilasi dan edukasi yang dijalankan Lapas Tarakan kepada sejumlah napi.

Misalnya penanaman sebukit pohon durian yang secara simbolis dilakukan bersama jajaran petinggi Kemenkumham Wilayah Kaltimtara, Lapas Tarakan, dan Walikota Tarakan dr Khairul, di sekitaran Lapas Tarakan yang beralamat di Kelurahan Karang Balik, Rabu (22/7).

“Kegiatan ini wujud pelaksanaan program kemandirian warga binaan yang kami siapkan mereka untuk kembali ke masyarakat. Seperti bagaimana cara bercocok tanam yang baik, bertukang yang baik, memelihara ikan, menanam sayur dan lainnya,” ujarnya saat berada menghadiri acara Penanaman Sebukit Pohon Durian di Tarakan.

Kegiatan ini dapat menjadikan bekal bagi mereka ketika bebas nanti. “Kami harapkan ketika mereka pulang, melalui bantuan pak walikota, mereka dapat dibantu dana permodalan, dan disiapkan dana pendampingan mereka untuk bisa berjalan mandiri,” harapnya.

Bahkan, program tersebut akan dikembangkan bekerjasama dengan perguruan tinggi yang ada di Tarakan. Misalnya menjadi bagian dari praktik kerja lapangan mahasiswa. “Ininya bagaimana kita mengembalikan mereka ke rumahnya bisa diterima masyarakat,” harapnya.

Kepala Lapas Tarakan Yosef Benyamin Yanbise menambahkan, program asimilasi dan edukasi ini sementara diikuti 14 napi yang telah diseleksi selama menjalani masa tahanannya.

Kepala Kantor Wilayah Kemenkumham Kaltimtara (kiri) dan Walikota Tarakan usai menanam sebukit pohon durian yang dilakukan bersama warga binaan. (Foto: Mansyur/Kayantara.com)

“Tidak semua napi yang kita ikutkan, karena ada syarat administrasi dan substansi untuk mereka, salah satunya penilaian berkelakuan baik, rajin ikut apel, hidup bersih, rutin ikut pengajian dan lain sebagainya,” jelasnya.

Saat melakukan kegiatan di luar Lapas, dia memastikan para napi diawasi ketat oleh petugas dan masyarakat sekitar. “14 orang ini memiliki tugas masing-masing yang dibagi di beberapa tempat, dan setiap jam 5 sore mereka masuk kembali ke Lapas,” sebutnya.

“Saat melakukan tugasnya di luar Lapas, mereka bisa saling bertukar pikiran misalnya dengan Ketua RT, Lurah atau dari dinas terkait,” tambahnya.

Selain berdasarkan penilaian, napi yang mengikuti program ini juga disesuaikan dengan bakat yang dimiliki dari semua bidang yang disediakan. Misalnya, pertanian, perkebunan, peternakan dan lain sebagainya.

“Tidak semua orang di penjara itu jahat, dan tidak semua orang di luar penjara itu baik, kita adalah manusia biasa yang tidak sempurna, tetapi ada kewenangan yang diberikan negara kepada kita. Lapas Tarakan sedikit demi sedikit akan berubah ke arah lebih baik,” demikian Yosep. (sur)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here