KAYANTARA.COM,TARAKAN-Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) mempunyai potensi yang cukup besar dalam peternakan babi.
Sehingga diperlukan upaya pengawasan bagi kesehatannya guna meningkatkan populasi hewan ternak tersebut.
Salah satu yang perlu diantisipasi adalah masuknya penyakit African Swine Fever (ASF) yang merupakan virus menular yang menyerang ternak babi.
Penyakit ini disebabkan oleh African swine fever virus (ASF) DNA, berasal dari Asfarviridae Family dan genus Asfivirus. Wabah ASF dimulai dari Tiongkok.
Kemudian merebak di kawasan Asia pada awal 2019 lalu. Akibatnya terjadi peningkatan kematian ternak babi.
Untuk mengantisipasi masuknya ASF ke Kaltara, Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan mengimbau kepada seluruh peternak babi di Bumi Benuanta untuk tetap waspada.
Kepala Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas II Tarakan, Drh. Akhmad Alfaraby menjelaskan penyakit ASF pada hewan babi sudah ditemukan di Sabah, Malaysia.
Sehingga pihaknya akan terus mengantisipasi dan mewaspadai agar penyakit ASF ini tidak masuk ke dalam daerah Kaltara.
“ASF merupakan sebuah penyakit yang memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi pada babi. Apabila sudah masuk ke dalam peternakan babi yang ada di Kaltara, nilai kerugian ekonomi akan berdampak sangat besar bagi peternak babi,” katanya dalam jumpa pers, Jumat (9/4/2021).
Ia mengungkapkan, penyakit ASF sudah masuk di sejumlah daerah di Indonesia. Seperti di Sumatera Utara pada 2019 lalu. Sekitar 40 ribu babi kala itu terinfeksi virus ASF.
“Dengan munculnya kasus penyakit ASF di Indonesia, kami mengarapkan dan mengimbau kepada peternak babi khususnya di daerah perbatasan harus terus waspada,” Jelasnya
Ia juga mengharapkan agar seluruh masyarakat Kaltara untuk melaporkan produk-poduk pertanian kepada petugas Karantina Pertanian di tempat pemasukan dan pengeluaran. (pri)