Sembako Nunukan Masih Bergantung dari Sulsel dan Malaysia, Bupati Dorong Peran OPD Terkait

Bupati Asmin Laura saat diwawancarai wartawan.

KAYANTARA.COM, NUNUKAN – Ketergantungan barang kebutuhan pokok (sembilan bahan pokok) masyarakat Kabupaten Nunukan, Kaltara pada daerah lainnya seperti Sulsel dan Malaysia menjadi perhatian Bupati Nunukan Hj Asmin Laura Hafid.

Sehingga persoalan ini mendorongnya serta mengingatkan jajaran di lingkungan Pemkab Nunukan untuk lebih intens memantau ketersediaan kebutuhan pokok di pasar-pasar.

“Saya minta OPD (organisasi perangkat daerah) yang berkaitan dengan ekonomi khususnya penyedaian sembako agar berkoordinasi dan intens memantau perkembangan stok di pasar-pasar utamanya selama pandemi COVID-19 ini,” harap Laura sapaan Bupati Nunukan saar rakor RPJMD dan rencana strategi (renstra) di Kantor Bupati Nunukan, Senin, (14/6/2021).

Laura berkeinginan kebutuhan pokok (sembako) masyarakat selalu tersedia agar tidak menimbulkan inflasi yang dapat berdampak pada perekonomian nasional. “Saya minta supaya sering dipantau ketersediaan sembako itu supaya tidak menjadi bahan teguran pemerintah pusat ke kita karena terjadi inflasi,” pinta dia.

Hal ini menyikapi adanya temuan kelangkaan atau hilangnya salah satu kebutuhan pokok masyarakat yakni cabai rawit yang sempat tidak ada dijual selama dua hari.

Bupati Nunukan akui kelangkaan dan kurangnya stok bahan makanan bagi masyarakat perbatasan Indonesia-Malaysia di daerahnya disebabkan masih sangat tergantung dari daerah lain seperti Sulsel.

Dimana pengangkutan membutuhkan waktu dan sarana transportasi tertentu yang terbatas. Pengangkutan bahan makanan atau kebutuhan pokok dari Sulsel seperti sayur mayur, cabai, beras, telur, dan lain-lainnya hanya berlangsung selama dua hari dalam sepekan.

Sementara produk petani di Kabupaten Nunukan belum mampu menutupi kebutuhan seluruh masyarakat di wilayah perbatasan itu.

Laura ungkapkan produksi beras setiap panen memang mengalami peningkatan tetapi jumlahnya terbatas. Begitu pula dengan sayur mayur maupun cabai rawit dengan terpaksa memasok dari Sulsel karena produk lokal jumlahnya masih tergolong kecil.

“Memang produk lokal itu meningkat setiap panen tapi jumlahnya tidak bisa mencukupi. Jadi kita masih harus mendatangkan dari luar daerah utamanya dari Sulsel,” beber dia. (man/brt)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here