Hikma Kaltara Sediakan Rumah Layak Huni untuk Syamsul yang Sebelumnya Tinggal di Gubuk

Pengurus DPW Hikma Kaltara saat mengantarkan Syamsul (kaos merah) di rumah layak huni yang dikontrakan oleh Hikma

.

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Kondisi sosial kehidupan Syamsul (40-an tahun) bersama seorang putrinya, menyita perhatian banyak orang.

Alhasil, saat ini warga perantau asal Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, yang berdomisili di Kelurahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan Utara itu mulai membaik.

Jika sebelumnya, Syamsul bersama putrinya yang berusia 2,5 tahun tinggal di sebuah gubuk beratap dan berdinding terpal, kini pria itu telah menempati sebuah rumah kontrakan layak huni.

Rumah kontrakan non permanen yang tak jauh dari gubuknya itu disewakan oleh Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Keluarga Masserempulu (Hikma) Provinsi Kaltara yang diketuai dr Khairul, M.Kes.

“Insiatif ini kita lakukan setelah melihat kondisinya yang sangat memperihatinkan, baik dari yang beredar di media sosial maupun melihat langsung di lapangan. Apalagi dia adalah warga (Enrekang) kami. Sangat memperihatinkan,” ujar Ketua Harian DPW Hikma Kaltara, Fajar Ngewa usai memindahkan Syamsul di rumah kontrakan, Kamis (30/9/2021) pagi.

Berkat gerak cepat atas aksi sosial yang dilakukan Pengurus Hikmah Kaltara ini, membuat Syamsul dan putrinya tidak lagi merasa kedinginan saat hujan deras turun, seperti yang dialaminya di gubuknya.

“Ini langkah awal kami dari Hikmah Kaltara, yaitu bagaimana memberikan pelayanan bantuan sosial kepada warga Hikma. Yaitu berupa rumah kontrakan, walaupun tidak permanen tapi sudah layak untuk dihuni,” ujarnya.

Tak hanya menyediakan tempat tinggal dengan ukuran 4×10 meter, rencananya Hikmah Kaltara juga akan memberikan bantuan sosial untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Syamsul bersama keluarga kecilnya.

Penyerahan bantuan sembako ini dilakukan pada Minggu (3/10) nanti bersama segenap pengurus Hikmah Kaltara.

“Kami berharap bantuan seadanya ini bisa mensupport Pak Syamsul untuk menopang kemandiriannya. Untuk tahap awal, kita kontrakan rumah itu selama enam bulan atau setengah tahun,” tutur Fajar sembari memastikan Syamsul akan tetap berjualan seperti biasa di gubuknya meski telah menempati rumah yang disediakan.

Aksi sosial yang dilakukan ini merupakan bagian dari komitmen dan fungsi hadirnya organisasi asal Sulsel tersebut. Yaitu Tobana. Artinya tolong menolong, bantu membantu sesamanya.

“Kepada warga Enrekang yang ada di Kaltara khususnya di Tarakan kami harapkan bisa melaporkan dirinya ke Hikma, agar Hikma bisa berjalan sesuai fungsinya dan mengetahui serta melihat langsung kehidupan sosial dan persoalan warganya di perantaun. Kalau terdaftar di Hikma, akan lebih memudahkan kami di kepengurusan untuk dapat memperhatikan bagaimana kehidupannya,” tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, Syamsul bersama putrinya diketahui menempati sebuah gubuk berukuran 1×2 meter di Kelurahan Juata Permai, Kecamatan Tarakan Utara.

Kondisi gubuk yang terletak di tepi jalan utama menuju Juata Laut, persisnya di depan KCP Bank BRI Juata Permai itu, juga sangat menyayat hati.

Bagaimana tidak, gubuk yang dia tempati sekian tahun lamanya hanya beratap terpal. Bahkan dinding rumah pun terbuat dari terpal.

Sehingga sulit untuk menghilangkan rasa dingin dari tubuh Syamsul dan putrinya yang masih bersusia 2,5 tahun apabila hujan deras turun.  “Jika hujan deras turun, kasur kecilnya jadi basah,” kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Sebaliknya, apabila panas terik matahari melekat di kulit, kondisi di dalam gubuk yang dibangun di atas lahan milik orang lain itu pun, serasa sangat panas. Apalagi tidak dilengkapi aliran listrik untuk menghidupkan kipas angin dan lampu penerangan seperti kehidupan rumah tangga lazimnya.

“Menurut informasi, dia (Syamsul) punya anak dua. Yang pertama berusia 2,5 tahun, kedua 3 bulan. Anak keduanya diadopsi keluarganya di daerah Juata juga,” ungkapnya.

Meski begitu, Syamsul tak bisa meninggalkan anak pertamanya seorang diri untuk mengais rejeki jauh dari gubuk tersebut.

“Dia hanya mencari rejeki seadanya dari tempat dia tinggal, agar tetap bisa sambil merawat dan menjaga anaknya, seperti jual botol bekas dan bensin botolan,” katanya.

Dari hasil jerih payahnya itu, Syamsul hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan balitanya.

Kabarnya, kondisi yang dialami warga asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan ini berawal karena istrinya meninggalkan Tarakan seusai bercerai. Tak hanya Syamsul, kedua anaknya pun ditinggalkan oleh istrinya. (kt1)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here