Inflasi Kaltara Meningkat, BI Sebut Masih Lebih Rendah Dibandingkan Nasional

ILUSTRASI

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara menyebutkan inflasi periode Maret 2022 utamanya disebabkan oleh komoditas hortikultura.

Seperti cabai rawit dan bawang merah yang mengalami lonjakan harga, seiring dengan adanya pergesaran musim pada daerah pemasok di tengah permintaan yang meningkat menjelang bulan Ramadan.

Kenaikan tekanan inflasi juga terjadi pada komoditas angkutan udara seiring dengan dilonggarkannya pembatasan mobilitas masyarakat serta mulai tidak diwajibkannya PCR ataupun antigen sebagai prasyarat penerbangan untuk masyarakat yang telah melakukan vaksinasi lengkap.

Kondisi ini sejalan dengan kemajuan penanganan Covid-19 yang terbukti dari mulai melandainya jumlah penderita. Sampai dengan bulan Maret jumlah kasus aktif covid-19 di Kaltara tercatat sebanyak 259 orang jauh lebih rendah dibandingkan bulan Februari sebanyak 2.892 orang.

Provinsi Kaltara mengalami inflasi 0,72%, meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang mengalami deflasi 0,01%. Sementara Kota Tarakan mengalami inflasi sebesar 0,52%. Sedangkan Tanjung Selor sebesar 1,50%.

Kepala KPwBI Kaltara, Teddy Arief Budiman mengatakan meski mengalami peningkatan, inflasi Kaltara secara tahun kalender (Desember 2021 ke Maret 2022) sebesar 1,18%.  “Artinya masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,20%,” ujarnya.

Kendati begitu, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah dalam wadah TPID akan terus bersinergi dalam melaksanakan program pengendalian harga dalam kerangka 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif).

Serta menjaga ekspektasi inflasi tahun 2022 yang diyakini masih akan berada di sasaran target inflasi, yaitu 3±1%.

Dijelaskan Teddy, kenaikan tekanan inflasi pada Maret 2022 didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau karena adanya pergeseran musim pada daerah sentra produksi yang menjadi pemasok Kaltara di tengah naiknya demand masyarakat menjelang bulan Ramadan.

“Selain itu, cuaca buruk juga mempengaruhi produktifitas hasil tangkap dan budidaya ikan di Kaltara, sehingga meningkatkan tekanan inflasi pada komoditas perikanan khususnya ikan bandeng,” jelasnya.

Beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan terbesar dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau antara lain cabai rawit (0,26%), bawang merah (0,05%), sayur olahan (0,05%) dan ikan bandeng (0,03%).

Sementara itu, komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan terbesar yaitu bayam (-0,07%), telur ayam ras (-0,06%), ikan layang (-0,04%), dan tomat (-0,04%). Secara bulanan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat mengalami inflasi sebesar 0,78% atau tercatat inflasi secara tahunan sebesar 5,12%.

Sejalan dengan tekanan inflasi pada kelompok makanan minuman dan tembakau, tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok transportasi terutama disebabkan oleh pelonggaran mobilitas oleh masyarakat serta dicabutnya peraturan terkait kewajiban PCR dan antigen masyarakat yang akan bepergian menggunakan angkutan udara.

Selain itu, faktor menjelang bulan Ramadan juga menjadi pendorong kelompok transportasi mengalami inflasi seiring dengan meningkatnya demand dari masyarakat untuk bepergian ke luar daerah.

Kondisi kenaikan mobilitas ini sejalan dengan adanya kenaikan pada Google Mobility Report (GMR). Kondisi tersebut diyakini mendorong kenaikan tarif angkutan, khususnya angkutan udara. Kelompok transportasi tercatat mengalami inflasi sebesar 0,94%  atau secara tahunan  kelompok tercatat inflasi sebesar 15,65%.

“Mencermati perkembangan inflasi tersebut, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia, dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus diperkuat.

Salah satu upaya penguatan koordinasi dimaksud adalah melalui penyelenggaraan High Level Meeting (HLM) TPID. HLM TPID yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dari tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kalimantan Utara ini diharapkan mampu menghasilkan langkah-langkah strategis dalam menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, maupun ekspektasi masyarakat menjelang Bulan Ramadhan dan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri 2022,” bebernya.

“Bank Indonesia juga terus aktif bersinergi dengan berbagai pihak termasuk Pemda melalui berbagai program termasuk penguatan korporatisasi dan kelembagaan, pengembangan kapasitas produksi, maupun perluasan pasar UMKM pangan dikala pandemi.” Sambung Teddy. (kt1)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here