Periode Oktober Kaltara Deflasi, Ini Penyebabnya

Grafik Inflasi Kayantara.com

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Pada Oktober 2020, Kota Tarakan mengalami deflasi sebesar -0,28%. Sementara Kota Tanjung Selor mengalami inflasi sebesar 0,07%. Dengan kondisi tersebut, Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) tercatat mengalami deflasi sebesar -0,21%.

Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Provinsi Kaltara pada periode Oktober 2020 sebesar 2,17% atau masih berada di dalam kisaran sasaran inflasi nasional sebesar 3,0% ±1%.

Realisasi ini relatif berbeda dengan kondisi historis dimana tiga bulan menjelang HBKN natal dan tahun baru relatif mengalami inflasi.

“Deflasi didorong adanya penurunan pada beberapa bahan makanan sejalan dengan berlimpahnya stok khususnya komoditas daging ayam ras di tengah stabilnya tarif angkutan udara paska naiknya demand rute penerbangan seiring dibukanya beberapa rute dari dan menuju Tarakan pada bulan September 2020,” jelas Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltara, Yufrizal, dalam siaran persnya, Rabu (4/11).

Selain itu, turunnya harga komoditas emas perhiasan mendorong deflasi lebih dalam. Deflasi pada bulan Oktober 2020 didorong oleh penurunan tekanan pada kelompok bahan makanan khususnya daging ayam ras.

Penurunan harga bahan makanan ini sejalan dengan adanya over supply di level peternak ayam pada bulan September dan Oktober sementara demand tidak setinggi periode sebelumnya.

Kelompok makanan, minuman dan tembakaupada bulan Oktober 2020 mengalami deflasi sebesar -0,27%. Lima komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan antara lain daging ayam ras, cabai rawit, tomat, telur ayam ras  dan kol putih.

Sementara itu, komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan terbesar yaitu bayam (0,06%), sawi hijau, buncis, dan beras. Dengan demikian, secara tahunan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat inflasi sebesar 1,60%.

“Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya pada bulan Oktober 2020 tercatat relatif menurun dengan deflasi sebesar -0,52%,” sebutnya.

Secara tahunan, lanjut dia, kelompok tersebut mencatat inflasi sebesar 1,33%. Penurunan  tersebut didorong oleh penurunan tarif listrik sehubungan adanya subsidi pada pelanggan 450 dan 900 VA dengan andil -0,04% ditambah dengan turunnya harga batu bata seiring dengan over supply salah satu perusahaan di Tarakan.

Berbeda dengan kedua kelompok di atas, kelompok transportasi masih mengalami inflasi namun relatif rendah. Inflasi pada kelompok tersebut didorong adanya sedikit peningkatan pada tarif angkutan udara yang sudah mematok seharga Tarif Batas Atas (TBA) pada bulan Oktober 2020 memasuki banyaknya libur panjang di akhir bulan.

Angkutan udara mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,01%. Ke depan, inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2020, yaitu 3,0±1%.

“Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga, termasuk memitigasi dampak penyebaran Covid-19 terhadap inflasi di wilayah Kaltara,” demikian Yufrizal. (sur)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here