Mengenal Sosok Irwan Sabri, Lahir di Tarakan, Sempat Punya Cita-cita jadi Dokter

H. Irwan Sabri ketika berfoto bersama mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiago Salahuddin Uno. (Foto: IST)

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Belakangan ini nama Irwan Sabri sudah tak asing lagi di telinga. Ya, sosok pemuda domisili Kabupaten Nunukan ini diketahui maju sebagai bakal calon wakil gubernur Kaltara bersama petahana Irianto Lambrie.

Sekarang ini, Irwan Sabri masih tercatat sebagai Wakil Ketua I DPRD Nunukan periode 2019-2024. Jabatan yang ia emban  tersebut setelah berhasil memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan legislatif (pileg) pada 17 April 2019 lalu melalui Partai Demokrat.

Duduk di kursi legislatif merupakan kali keduanya setelah Pileg 2014 juga terpilih sebagai anggota DPRD Nunukan dari partai yang sama.

Untuk diketahui, pada pileg 2014, pria kelahiran Tarakan pada 7 Desember 1988 silam ini meraih lebih dua ribuan suara.

Kemudian naik dua kali lipat pada pileg 2019 atau sebanyak empat ribuan suara hingga membuatnya cukup disegani di pentas politik Nunukan hingga saat ini.

Lantas apa alasan Irwan Sabri memutuskan maju di Pilkada Kaltara yang akan dihelat 9 Desember mendatang?

“Niat saya tulus dan ikhlas untuk membangun Kaltara, yang merupakan bagian dari tempat saya dilahirkan dan dibesarkan. Tentunya juga didasari atas dorongan dari pendukung, keluarga besar saya dan masyarakat Nunukan, umumnya warga Kaltara,” ucapnya kepada Kayantara.com, belum lama ini.

Untuk diketahui, alumni Fakultas Ekonomi di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar tahun 2012 ini merupakan putra ke empat dari lima bersaudara. Ayahnya bernama H. Sabri yang merupakan salah seorang tokoh masyarakat yang cukup dihormati di Nunukan.

Singkat cerita, sebelum hijrah ke Nunukan, Irwan Sabri dan ayahnya merupakan warga Tarakan. Persisnya ketika beranjak masuk SD.

“Keluarga bapak saya banyak di Tarakan, karena saya dilahirkan di Tarakan. Ketika masuk SD, kami pindah ke Nunukan, sampai sekarang. Jadi Tarakan ini sebenarnya rumah pertama kami setelah Nunukan,” ujarnya.

Di Nunukan, Irwan Sabri menimbah ilmu di SD Negeri 004, kemudian lanjut di SMP Negeri 1 lalu SMA Negeri 1 Nunukan.

Setalah itu, pria yang memiliki hobi olahraga  seperti tenis meja, badminton dan futsal ini melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yaitu di Unhas Makassar dengan jurusan manajemen ekonomi.

“Setelah selesai kuliah S1 di Makassar sebenarnya ada niat mau lanjut ke S2 di tahun 2013, tapi tidak sempat. Kemudian di 2014 dipanggil dan didorong masuk ke dunia politik yaitu sebagai caleg (calon legislatif) di Nunukan,” ungkapnya.

“Alhamdulillah diluar dugaan, saya terpilih menjadi anggota dewan bahkan meraih suara terbanyak dari Partai Demokrat di Nunukan waktu itu,” tambah pria murah senyum ini.

Tak sampai disitu, Irwan Sabri kembali maju di Pemilu 2019 hingga 2024 dengan suara terbanyak dari semua daerah pemilihan. Dia mengaku, sewaktu duduk di bangku SD dan SMP, Irwan Sabri dikenal anak yang polos dan sedikit pemalu.

“Tapi ketika bermain bersama teman-teman di lingkungan rumah cukup liar juga, ya namanya anak laki-laki. Karena hampir setiap sore mandi di laut, kebetulan juga  daerah rumah saya di wilayah pesisir, jadi bisa dikatakan anak pesisir,” ucap suami Andi Anisa Mutiah ini.

Berbicara soal cita-cita, pria berwajah tampan ini mengatakan sempat ingin menjadi seorang dokter. Namun impiannya itu tak bisa diteruskannya usai menyelesaikan S1 di Unhas Makassar lantaran harus kembali ke Nunukan.

Dia menambahkan selama kuliah di Makassar, pria berdarah bugis Bone dan Pinrang ini menceritakan suka duka saat hidup di tanah rantau kala itu.

“Ya namanya anak kuliahan yang jauh dari kampung halaman pasti merasakan suka dan dukanya, dan pastinya banyak dukanya daripada sukanya. Dukanya soal makan dan tempat tinggal.

Makan teratur dan cukup enak biasanya mulai tanggal 1 sampai 15. Tapi kalau sudah di atas tanggal itu, biasanya makan mie sama telur, bahkan hanya makan mie tanpa nasi,” katanya.

“Duka lainnya soal rumah kontrakan yang saya tempati bersama teman-teman dari berbagai daerah cukup memprihatinkan. Tidak ada penutup atau pintu jendela di rumah itu, jadi sering kelihatan dari luar, solusinya kami tutupi pakai sarung biar cahaya tidak masuk ke dalam rumah meski nyamuk masuk kalau sudah malam,” demikian Irwan Sabri. (adv/sur)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here