KAYANTARA.COM, TARAKAN – Peredaran narkotika jenis sabu-sabu sejak 1 Januari hingga 5 Februari 2020 di wilayah Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sangat memperihatinkan.
Bagaimana tidak, sejak awal tahun ini atau selama 36 hari polisi sudah berhasil mengungkap peredaran sabu beserta pelakunya dengan total berat keseluruhan 9 kilogram (kg).
Dengan demikian, jumlah pengungkapan peredaran sabu di tahun ini diprediksi akan jauh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Direktorat Reserse Narkoba Polda Kaltara Kombes Pol Adi Affiandi,S.I.K, menyebutkan pada 2017 lalu, Polda Kaltara bersama jajaran Polres di lima daerah berhasil mengungkap 31 kg sabu.
Kemudian setahun berikutnya atau 2018 meningkat menjadi 89 kg. Begitu juga pada 2019 sebanyak 90 kg lebih.
“Kaltara adalah wilayah perbatasan. Jadi narkoba khususnya jenis sabu tidak bisa dipungkiri memamg banyak berasal dari daerah perbatasan khususnya Sebatik, Nunukan,” ungkapnya.
“Jadi pengungkapan yang berhasil dilakukan bukanlah suatu keberhasilan, melainkan keperihatinan. Semakin banyak barang yang beredar semakin banyak korban,” sambung Adi.
Secara geografis, Kaltara merupakan wilayah kepulauan yang berbeda dengan Kalimantan Barat (Kalbar) yang wilayah perbatasannya dengan Malaysia hanya ditempuh melalui jalur darat.
“Sehingga jalur-jalur tikus banyak di pelabuhan-pelabuhan kecil yang sangat sulit dijangkau, seperti di Sebatik Timur, Sebatik Utara dan Pulau Bunyu,” sebutnya.
Bahkan, para kurir juga sudah menjajal jalur darat di wilayah Kaltara guna meloloskan bisnis barang haram tersebut hingga sampai ke tangan pemesan.
“Jalurnya sekarang sudah berubah.
Yang dulunya lewat Nunukan sekarsng langsung ke Mansalong, Sebuku dan lainnya. Intinya mereka selalu berusaha bagaimana caranya barang itu bisa lolos,” kata Adi.
Misalnya di Polsek Tanah Kuning Kabupaten Bulungan, beberapa waktu lalu telah berhasil mengungkap peredaran sabu seberar setengah kilogram.
Selain itu, agar peredaran sabu yang kerap dibawa kurir saat ini memiliki berbagai macam modus operandi.
Mulai dari memasukannya ke dalam mainan anak-anak, barang elektronik hingga makanan ringan dan lainnya.
“Pengungkapan narkoba ini ibarat teori gunung es, hanya sebagian kecil yang tertangkap, yang lolos banyak,” cetusnya
Sehingga ia mengakui bahwa kasus tersebut sangat sulit diberantas. Oleh karenya, Adi mengharapkan kerja sama masyarakat Kaltara dapat terus terbangun dengan baik.
“Indonesia memang menjadi pasar paling subur untuk bisnis barang ini. Biasanya barang-barang itu berasal dari berbagai negara seperti Birma, China, Taiwan dan lainnya,” bebernya.
“Masalah ini tidak akan pernah selesai, karena bisnis narkoba terkait keuntungan yang luar biasa, sehingga kita sangat membutuhkan dan mengharapkan partisipasi masyarakat Kaltara,” demikian Adi. (*)
Reporter: Mansyur Adityo