Neraca Dagang Tetap Surplus USD 96,79 Juta
KAYANTARA.COM, TANJUNG SELOR – Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) diukur dari Kota Tarakan dan Tanjung Selor pada Maret 2020 mengalami deflasi sebesar -0,46 persen. Kota Tarakan diketahui mengalami deflasi sebesar -0,46 persen, dan Tanjung Selor sebesar -0,45 persen.
Berdasarkan cacatan Badan Pusat Statistik (BPS) sebagaimana diungkapkan Gubernur Kaltara Dr H Irianto Lambrie, deflasi daerah ini dipengaruhi penurunan indeks harga kelompok transportasi sebesar -2,80 persen, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar -1,18 persen, kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar -0,33 persen, dan kelompok kesehatan sebesar -0,04 persen.
Jika kelompok makanan, minuman dan tembakau diperinci, maka terjadi deflasi pada kelompok bahan makanan di Tanjung Selor bulan Maret 2020 sebesar -2,05 persen, inflasi tahun kalender sebesar 1,29 persen dan deflasi tahun ke tahun sebesar -3,35 persen. Di Kota Tarakan, kelompok bahan makanan mengalami deflasi bulan Maret 2020 sebesar -1,69 persen, deflasi tahun kalender sebesar -0,09 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 0,05 persen.
Adapun lima jenis barang/jasa penyumbang tertinggi inflasi Kaltara pada bulan Maret 2020 adalah emas perhiasan sebesar 0,1224 persen, tukang bukan mandor sebesar 0,0867 persen, tarif parkir sebesar 0,0379 persen, beras sebesar 0,0301 persen dan gula pasir sebesar 0,0258 persen.
Sedangkan lima jenis barang/jasa penyumbang deflasi tertinggi adalah angkutan udara sebesar -0,3649 persen, cabai rawit sebesar -0,1390 persen, tomat sebesar -0,0410 persen, bawang merah sebesar -0,0349 persen dan udang basah sebesar -0,0303 persen.
“Beberapa komoditas mengalami deflasi terutama pada kelompok sayuran dan buah-buahan. Di sana ada cabai merah, cabai rawit, bawang merah, bawang putih, dan lainnya. Itu umumnya mengalami penurunan. Dengan demikian, pengaruh kelangkaan barang akibat Covid-19 di bulan Maret 2020 khususnya di Kaltara masih belum terjadi,” tuturnya, Rabu (1/4).
Kata Gubernur, pihaknya telah memerintahkan Sekda dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 bekerjasama dengan Gugus Tugas Kabupaten/Kota ikut mengawasi ketersediaan bahan pokok dan stabilitas harga di seluruh pasar tradisonal di daerah. “Pekan lalu saya meninjau Pasar Induk Bulungan. Harga relatif stabil, begitu pun ketersediaan bahan pokok yang dijual pedagang relatif aman. Hanya saja, pengunjung atau pembeli sudah agak berkurang, bisa jadi karena pengaruh Covid-19,” tuturnya.
Tingkat penurunan harga tertinggi kata Gubernur, ada pada kelompok pengeluaran transportasi, utamanya tiket pesawat terbang, diakibatkan turunnya jumlah penumpang pesawat akibat kebijakan pelarangan bepergian ke daerah zona merah Covid-19. “Harganya minus 2,80 persen. Sektor transportasi udara ini tidak bisa kita kendalikan karena regulasinya ada di pemerintah dan maskapai itu sendiri yang melakukan pertimbangan-pertimbangan,” ujarnya.
Pandemi Covid-19 menjadi sebab jumlah kunjungan wisatawan ke Provinsi Kaltara mengalami tren menurun. Pada Februari 2020, jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kaltara 39.347 orang. Kondisi ini mengalami penurunan dibanding Januari 2020 yang mencapai 43.207 kunjungan. “Dan ini adalah titik terendah sepanjang Januari 2019 sampai Februari 2020. Bisa jadi juga ini adalah pengaruh adanya penyebaran Covid-19, walaupun memang waktu itu negara kita belum pandemi,” ujarnya.
Frekuensi penerbangan datang ke Kaltara berdasarkan catatan Januari ke Februari, juga mulai berkurang 9,16 persen atau dari 655 menjadi 595 penerbangan. Sedang pesawat yang berangkat juga berkurang 9,86 persen atau dari 659 menjadi 594 penerbangan.
Adapun penumpang pesawat udara yang datang pada Februari juga berkurang dibanding Januari 2020. Di Februari, jumlah penumpang datang hanya mencapai 37.327 orang penumpang atau turun 16,63 persen dari Januari sebanyak 44.773 orang. Penumpang berangkat juga demikian, turun dari 41.556 pada Januari menjadi 39.038 pada Februari, atau turun 6,06 persen.
Sedang neraca perdagangan Provinsi Kaltara selama Januari hingga Februari tetap tercatat surplus USD 96,79 juta. Kondisi ini kata Gubernur, adalah kelanjutan kondisi yang sama setiap bulan sepanjang tahun 2019 hingga dua bulan awal di tahun 2020 ini.
“Walau ekonomi dunia mengalami resesi akibat wabah Covid-19, tetapi Alhamdulillah kita masih bisa mengekspor hasil industri dan sektor tambang ke sejumlah negara mitra dagang seperti Korsel, China, Malaysia, Jepang, Thailand, dan Filipina. Bahkan angkanya naik 15,93 persen dibandingkan Januari,” tutupnya.(humas)