KAYANTARA.COM, TARAKAN – Secara geologi wilayah Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara terdiri dari material pasir, kerikil, lempung dan lanau. Kombinasi dari berbagai material tersebut akan mudah menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai, akibat pergerakan material pantai terjadi sepanjang waktu, baik yang berupa erosi, abrasi atau sedimentasi.
Dinamika pesisir pantai oleh pergerakan gelombang, arus dan aksi angin akan menjadi masalah jika terjadi pada daerah yang memiliki nilai ekonomi. Salah satunya di sepanjang bibir Pantai Amal di wilayah Kecamatan Tarakan Timur yang mayoritas dihuni pembudidaya rumput laut dan nelayan tangkap.
Guna mencegah dan mengendalikan terjadinya erosi dan abrasi di Pantai Amal, Pemerintah Kota Tarakan berupaya melakukan pembangunan fisik, diantaranya penanaman pohon mangrove dan pasangan batu bronjong. Namun hasil yang dicapai belum maksimal akibat dana terbatas.
Mengingat erosi dan abrasi pantai dalam kondisi saat ini sangat mengkhawatirkan, maka Balai Wilayah Sungai Kalimantan III Kementerian PUPR mengalokasikan dana Tahun Anggaran 2020 untuk pembangunan lanjutan Sea Wall Pantai Amal Baru.
“Sasaran yang ingin dicapai melalui pelaksanaan kegiatan ini adalah terhindarnya Kota Tarakan dari abrasi pantai,” jelas Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan III Kementerian PUPR, Achmad Zubaidi, saat mendampingi kunjungan kerja Wakil Ketua Komite II DPD RI, Hasan Basri di lokasi pembangunan Sea Wall Pantai Amal, Senin (27/7).
Dia mengatakan, pembanguan Sea Wall di Pantai Amal dilakukan sejak 2014 lalu hingga berlanjut tahun ini. Diperkirakan proyek APBN dari Kementerian PUPR tersebut terus berlanjut hingga selesai yang ditargetkan di tahun 2022 mendatang.
Sejak 2014, pembangunan Sea Wall di Pantai Amal sudah mencapai 3,7 kilometer (km). Sementara panjang bibir Pantai Amal hingga ke Binalatung yakni 5 km.
“Masih ada sisa sekitar 2 kilometer lebih. Sisanya ini dikerjakan selama dua tahun lagi, sampai di tahun 2022 nanti. Adapun untuk tahun ini kita sedang bangun sepanjang 564 meter, tahun depan akan berlanjut lagi sepanjang 540 meter,” jelasnya.
Dalam kunjungannya, Hasan Basri menambahkan, pembangunan Sea Wall merupakan salah satu bentuk pelayanan pemerintah Indonesia kepada masyarakat permukiman untuk menumbuh kembangkan ekonomi kemasyarakatan.
Sehingga rencana meningkatkan devisa negara akan terwujud dan pembangunan berkesinambungan yang berwawasan lingkungan akan terpenuhi.
“Tujuan pembangunan Sea Wall diantaranya mencegah abrasi sepanjang Pantai Amal Baru, memperkuat dan melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan karena gelombang air laut, memberikan rasa aman bagi penduduk di daerah pantai ini, dan memberikan pedoman dalam pembangunan yang berkeseinambungan, berwawasan lingkungan dan berdasarkan kaidah teknis, ekonomi dan fungsi,” terang Senator Kaltara ini.
Ia menyebutkan, pembangunan Sea Wall Pantai Amal Baru tahun ini bersumber dari APBN sebesar Rp11.197.268.000, dengan waktu pengerjaan selama 10 bulan yang dimulai Februari 2020.
“Masih kurang 1,3 kilometer lagi dengan anggaran kurang lebih Rp30 miliar. Insya Allah kita kawal dan perjuang di Kementerian PUPR untuk menyelesaikannya, nanti kita sampaikan dalam RDP (rapat dengar pendapat). Tapi kami minta pengerjaan tahun ini bisa cepat diselesaikan,” tegasnya. (sur)