Intip Kafe Pagi Senja di Binalatung Beach, Digagas Kaum Milenial yang Berawal dari Take Away

Suasana malam hari kafe Pagi Senja di Binalatung Beach Kelurahan Pantai Amal yang kerap dikunjungi warga untuk bersantai ria di bibir pantai.

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Kehadiran kafe di Kota Tarakan tak pernah putus dalam beberapa tahun terakhir.

Sehingga wajar saja jika kota yang menjadi pintu gerbang Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) ini digelar kota seribu kafe.

Seperti kafe Pagi Senja yang berlokasi di Binalatung Beach Kelurahan Pantai Amal Kecamatan Tarakan Timur.

Kafe ini mulai beroperasi sejak 26 September 2020 yang dirintis oleh tiga pemuda Tarakan. Mereka adalah Zulkifli, Arfan dan Aswan sebagai pemilik kafe.

Kafe seumur jagung itu menjadi salah satu kafe yang bisa dikunjungi untuk tempat rekreasi dan refreshing sembari menyerudut kopi sebagai pelepas stres dan lelah.

Bahkan menjadi tempat pilihan yang sangat refresentatif untuk berkumpul dengan keluarga dan teman sambil bakar-bakar ikan.

Karena dengan hamparan pantai yang indah dan berada di bawah pohon cemara yang rindang, menjadikan tempat ini jadi salah satu ruang yang mempunyai daya tarik tersendiri. Kafe ini juga menyediakan beberapa buah ayunan untuk baring santai.

“Setiap hari kita buka. Cuma jamnya berbeda-beda. Kalau Senin sampai Jumat kita buka mulai jam empat sore sampai 11 malam. Kalau weekend atau Sabtu-Minggu, kita buka mulai jam 11 atau 12 siang sampai 11 malam,” kata salah satu owner Kafe Pagi Senja, Zulkifli kepada Kayantara.com.

Kafe asri dengan angin sepoy-sepoy ini menyediakan menu dominan kopi kekinian dan beberapa menu makanan ringan yang sangat cocok menemani suasana. Namun mereka juga memiliki menu andalan yakni kopi PSBB.

“Kopi PSBB artinya kopi Pagi Senja Binalatung Beach atau kopi susu dengan khas berbeda,” ujarnya.

Meski belum genap sebulan, kafe ini selalu dipadati pengunjung. Apalagi di waktu weekend, pemilik kafe mengaku kewalahan.

Tingginya animo pengunjung kafe menjadi jawaban bagi Zulkifli, Arfan dan Aswan yang semula pesimis lantaran lokasinya jauh dari pusat keramaian kota.

“Alhamdulillah kami tak menyangka ternyata bisa seramai ini. Apalagi kalau Sabtu dan Minggu kami sangat kewalahan,” ungkap Zulkifli.

Senin sampai Jumat, sebut dia, rerata omzet yang mereka raih setiap hari Rp2 jutaan. Sementara setiap Sabtu dan Minggu berada di kisaran Rp4 hingga 5 juta.

Dia menambahkan, hadirnya kafe Pagi Senja di bibir pantai yang menjadi satu-satunya di Tarakan terinspirasi dari Kota Malang Jawa Timur.

“Saya kuliah di Malang. Di pelosok-pelosok di kota itu malah kafe kekopi-kopian yang lebih ramai. Nah, berangkat dari situlah kami diskusikan dengan teman-teman untuk mencoba yang berbeda dari yang lain di Tarakan, sehingga kita putuskan di Binalatung Beach ini,” katanya.

Namun sebelum memutuskan membuka kafe di Binalatung Beach, tambah Arfan, mereka adalah pedagang kopi via online atau take away di masa pandemi.

Hanya saja, usaha via online tak sesuai ekspetasi yang diharapkan. Sehingga mereka memutuskan mencari tempat.

“Tempat pertama yang kita dapatkan di kampus UB Tarakan dan sasaran kami mahasiswa. Tapi karena kuliah tatap muka libur, maka kami memilih di sini (Binalatung Beac),” terangnya. “Nah salah satu alasan nama kafe Pagi Senja karena dari niat kami membuka di kampus, yang artinya buka pagi sampai senja saja,” sambung Arfan. (ani/sur)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here