KAYANTARA.COM, MALINAU – Upaya meningkatkan kebudayaan dan pembangunan desa, Pemerintahan Desa Tideng Pale Timur, Kabupaten Tana Tideng (KTT) melakukan studi banding ke Desa Malinau Seberang, Kecamatan Malinau Utara, Kabupaten Malinau, pada Sabtu (13/3/2021) lalu.
Dari pantauan Kayantara, sebanyak 24 orang yang terdiri dari aparatur desa, lembaga adat hingga lembaga perangkat desa yang ada di desa Tideng Pale Timur ini belajar dan melihat terkait kemajuan Desa Malinau Seberang.
Ditemui langsung, Pj Kades Tideng Pale Timur, P Arbain Padillah mengungkapkan, pihaknya membawa rombongan ini tidak lain untuk belajar mulai dari sisi kelembagaan adat masyarakat tidung di Malinau Seberang hingga pada sistem pemerintahan dan pembangunan desa.
“Makanya itu, saya mengajak rombongan untuk belajar ke sini. Apalagi dari sisi kultur sama yaitu suku tidung tentu budaya juga sama. Di KTT itu tana tidung, tapi identitas di desa belum menonjol dan kurang diperhatikan,” ujar Arbain Padillah kepada Koran Kaltara, kemarin.
Maka dari itu, Arbain selaku Pj Desa Tideng Pale Timur mengumpulkan para tokoh adat hingga lembaga adat di desa dan pengurus desa untuk bersama-sama belajar bagaimana budaya yang ada di Malinau seberang bisa dipelajari.
“Alhamdulillah ya mereka menyetujuinya dan makanya kita ke sini untuk belajar. Terlebih lagi di Malinau Seberang juga dikenal seni ukirnya. Nah, di kita itu belum ada kecuali seni tari saja,” jelasnya.
Selain belajar budaya di Malinau Seberang, Arbain juga mengatakan pihaknya juga belajar tentang bagaimana sistem pemerintahan dan administrasi pemerintahan desa dan kelembagaan adatnya.
“Makanya kita ajak juga aparatur desa agar bisa saling berdiskusi dan mempelajarinya,” katanya.
Tidak hanya itu, lanjut Arbain, pihaknya juga ingin mengetahui pola pertanian dan perikanan yang ada di Malinau Seberang.
“Karena kita tahu pertanian dan perikanan di malinau seberang cukup maju. Makanya, saya mengajak kelompok tani agar bisa belajar. Apalagi memang kesamaan sama dengan ada yang ada di Malinau Seberang ini,” ungkapnya.
Dengan menimbah ilmu di Desa Malinau Seberang, kata dia, tentu pemanfaatan dari dana desa dan alokasi dana desa yang setiap tahunnya diterima dapat dikelola dengan baik ke depannya.
“ADD kita itu senilai Rp 1,6 miliar dan dana desa sebesar Rp 1,7 miliar. Saya rasa kedua sumber anggaran ini bisa cukup digunakan kalau fokus dan dikelola dengan baik. Paling tidak, setelah pulang dari sini, bisa membangun dan bisa sedikit berbeda dengan desa-desa lain di KTT nantinya,” ungkapnya.
Sementara Kepala Desa Malinau Seberang Syamsul mengaku, sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kunjungan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Desa Tideng Pale Timur Kabupaten Tana Tidung tersebut.
“Kunjungan atau study banding mereka ada tiga hal yang ingin dipelajari, terkait dengan lembaga adat, sistem pemerintahan desa dan pengelolaan pertanian dan perikanan,” ujar Syamsul.
Apalagi, menurut Syamsul, rombongan yang datang ini merupakan rumpun Tidung yang ingin mewujudkan kreasi dan budaya tidung di KTT tersebut. “Jadi tentang lembaga adat tidung yang juga ingin mereka pelajari,” katanya.
Berkaitan dengan seni ukir yang sudah memiliki hak cipta, kata Syamsul, tentang hak cipta ukiran tidung yang dari kemenkuham tentu sudah menjadi hak paten.
“Apabila ada hal-hal lain yang menggunakan tentu menjiplak. Dan buku yang tadi kita berikan kepada lembaga adat tidung pale. Tentu pengembangannya, pasti kita akan diberikan. Contoh ukiran labu belilit, tentu ada pemberitahuan ke kita dan kita siap kesana,” pungkasnya. (abi)