KAYANTARA.COM, TARAKAN-Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kalimantan Utara merilis pada Maret 2021, Kota Tarakan mengalami inflasi sebesar 0,73 persen. Sebaliknya Kota Tanjung Selor terjadi deflasi sebesar -0,15 persen.
Dengan kondisi tersebut, membuat Kaltara pada April 2021 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,55 persen.
Hal ini sejalan dengan pola historis tahunan Provinsi Kaltara pada periode bulan Ramadan yang cenderung mengalami tekanan inflasi.
Inflasi disebabkan oleh tingginya tekanan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat mengalami inflasi 0,44 persen.
Selain itu, inflasi didorong pula oleh mulai meningkatnya mobilitas masyarakat karena pergeseran waktu mudik masyarakat akibat larangan mudik yang diberlakukan oleh pemerintah.
Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Provinsi Kaltara pada periode April 2021 sebesar 1,55 persen atau berada di bawah kisaran sasaran inflasi 3,0 persen ±1 persen.
Kepala KPwBI Kaltara Yufrizal menyebutkan ada tiga komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan dari kelompok makanan, minuman dan tembakau.
Antara lain ayam ras, bayam, dan ikan bandeng. Sementara itu, komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan terbesar yaitu jagung manis (-0,02 persen) dan wortel (-0,02 persen).
“Naiknya harga beberapa komoditas kelompok makanan, minuman, dan tembakau pada bulan April 2021 didorong oleh peningkatan demand masyarakat pada bulan puasa di tengah kegagalan panen beberapa komoditas. Selain itu, fenomena kenaikan air laut yang menyebabkan nelayan kesulitan dalam mencari ikan juga turut mendorong kenaikan tingkat inflasi,” jelas Yufrizal.
Secara tahunan, kata dia, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat mengalami inflasi dengan andil sebesar 0,44 persen.
Sejalan dengan hal tersebut, tekanan inflasi kelompok transportasidipengaruhi oleh meningkatnya demand masyarakat terhadap angkutan udara sejalan dengan adanya tendensi masyarakat melakukan mudik lebih awal akibat dari larangan dari pemerintah melakukan mudik Lebaran 2021.
Secara tahunan, kelompok transportasi mencatat inflasisebesar 3,76 persen. Inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2021. Yaitu 3,0±1 persen.
Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat, dengan melakukan berbagai tindakan yang merupakan hasil dari High Level Meeting (HLM) TPID dengan Pemkot Tarakan, Pemkab Bulungan, dan Pemprov Kaltara.
“Seperti sidak dan operasi pasar yang dilakukan berkala ketika bulan Ramadan untuk melakukan pengendalian harga komoditas pangan. Selain itu, dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga,” tuturnya.
“Bank Indonesia terus mendorong Pemda setempat untuk melakukan Kerja Sama Antar Daerah (KAD),” sambung Yufrizal.
Sebagai contoh KAD yang telah dilakukan adalah KAD B-to-B antara Perusda Kota Tarakan dan CV Lucky Surabaya, untuk komoditas Telur Ayam Ras yang telah dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) pada 27 April 2021. Di samping itu, sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah akan terus difokuskan untuk mendorong peningkatan daya beli masyarakat selama berlangsungnya pandemi COVID-19 sebagai bagian dari upaya mendukung program pemulihan ekonomi nasional. (kt1)