KAYANTARA.COM, TANJUNG SELOR – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Investasi/BKPM RI telah membuat peta jalan untuk sejumlah proyek atau program hilirisasi sampai pada tahun 2040. Peta jalan (roadmap) untuk proyek itu diperkirakan bisa mendatangkan investasi baru senilai US$ 545,3 miliar atau Rp 8.128 triliun (kurs Rp14.900 per US$) pada tahun 2040.
Peta jalan itu dibuat untuk 21 komoditas termasuk diantaranya komoditas pertambangan. Sementara itu, Kalimantan Utara sendiri telah menyusun roadmap investasi melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), ada beberapa komoditas yang berpotensi untuk hilirisasi diantaranya pertambangan Batu Bara, CPO, Kakao, Karet, Rumput Laut, Ikan Bandeng, Udang dan Kepiting.
Gubernur Kaltara Drs H Zainal A Paliwang SH, M.Hum menyampaikan provinsi ke 34 ini sangat terbuka untuk investasi dan kerja sama, di antaranya dalam hilirisasi industri dan ekonomi hijau. Hal ini sejalan dengan dibangunnya kawasan industri hijau Indonesia (KIHI) di kaltara. Investasi di KIHI diproyeksi mencapai US$110 miliar atau hampir 2000 triliun (kurs Rp14.900 per US$).
Saat ini, kawasan industri hijau Indonesia sudah memiliki tiga pengelola yaitu PT. Kalimantan Industrial Park Indonesia (KIPI), PT. Indonesia Strategis Industry (ISI) dan terakhir adalah PT. Kayan Patria Propertindo (KPP).
Yang sudah ber progres sangat signifikan yakni dari PT. KIPI dimana saat ini sudah menyelesaikan pembangunan gedung kantor pengelola, penyediaaan air bersih (SPAM), penyediaan lokasi limbah land clearing seluas 12 Ha dan penyediaan lokasi pembangunan dormitory seluas 10 Ha.
Selain itu, PT. KIPI juga sudah memiliki dua tenant yang sedang membangun jetty dan tahap konstruksi yaitu PT. Kalimantan Aluminium Industri (KAI) dan PT. Taikun Petro Chemicals. “Kedua tenant ini sudah berprogres,” tegas Gubernur.
Diterangkannya, PT. KAI dijadwalkan akan memulai konstruksi industri smelter pada semester II tahun ini dan akan selesai dikerjakan selama 24 bulan, jadi target produksi akan dimulai pada tahun 2025. “Kita akan mulai produksi Alumunium Ingot (batangan) pada tahap awal sebanyak 500 ribu ton per tahun dan akan terus ditingkatkan sampai 1,5 juta ton per tahun nantinya,” tuturnya.
Ini menjadi salah satu investasi yang cukup besar dengan total sekitar US$2 miliar. Pada tahap konstruksi diperkirakan akan merekrut 6000 tenaga kerja dan pada tahap produksi menjadi 1500 pekerja tetap.
“Ini adalah pembangunan industri yang kongkret dan akan menyerap banyak tenaga kerja, baik lokal maupun pendatang. Berdasarkan informasi dari pihak pengelola PT. KIPI saat ini sudah ada sebanyak 750 pekerja disana dan akan terus bertambah,” urainya.
“Kemudian kami juga terus mendorong percepatan realisasi investasi di sektor energi baru terbarukan yaitu pembangunan Hydro Power Plant atau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada awal maret lalu bapak Presiden Jokowi sudah melakukan ground breaking pembangunan PLTA Mentarang dengan kapasitas 1.375 MW. PLTA ini diproyeksi akan selesai selama 7 tahun atau pada 2030. Nilai investasinya juga sangat besar yakni US$2,7 miliar (40 triliun). Demikian juga dengan PLTA Kayan berkapasitas 9000 MW saat ini terus berprogres,”sambungnya.
Pemerintah dan pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten terus bergerak melakukan pembangunan, karena tanpa pembangunan maka kita tidak akan pernah berubah maju dan sejahtera. Oleh karenanya untuk bisa melaksanakan pembangunan dibutuhkan dukungan dan kerjasama yang baik dari semua pihak, termasuk swasta dan masyarakat.
Selain itu, Gubernur juga menekankan komitmen Kaltara dalam menjaga keberlangsungan lingkungan yang terlihat dari sejumlah aksi nyata yang telah dilakukan dalam memperbaiki lingkungan serta upaya melaksanakan transisi energi.
“Laju deforestasi nasional turun signifikan dan terendah 20 tahun terakhir dan kebakaran hutan turun 88 persen, rehabilitasi 77.000 Ha hutan mangrove delta kayan sembakung yang akan selesai direhabilitasi di tahun 2024, pembagunan PLTA Kayan dan Mentarang 10.375 MW, juga dibangun 30.000 Ha kawasan industri hijau,” tutupnya. (dkisp)