KAYANTARA.COM, TANJUNG SELOR – Tahun ini, per April 2023, Layanan Dokter Terbang yang kini bernama Program Layanan Dokter Terbang Kalimantan Utara (Pro Lentera Ku) telah melayani sebanyak 728 orang. Selain dokter umum, selama ini pelayanan Prolenteraku melibatkan dokter spesialis penyakit dalam, jantung, kandungan, dan anak. Bahkan, akan menambah 15 lokasi baru untuk dikunjungi.
Selain membangun infrastruktur jalan dan jembatan di wilayah perbatasan, diketahui Pemprov Kalimantan Utara (Kaltara) juga memberi perhatian besar dalam upaya meningkatkan pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat di perbatasan.
Merupakan provinsi perbatasan, Kaltara memiliki dua Kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia. Yaitu Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Malinau, yang memiliki luas wilayah 56.427 kilometer persegi.
Masyarakat yang tinggal di pedalaman, perbatasan maupun masyarakat yang berdomisili pada pulau terluar umumnya mengalami kesulitan untuk mengakses pelayanan kesehatan primer yang berkualitas. Hal tersebut disebabkan kondisi geografi, topografi, transportasi, akses komunikasi, tingginya tingkat kemiskinan penduduk, dan berbagai masalah sosial lainnya yang mereka hadapi.
Kendati demikian, tidak menyurutkan semangat personil Pemprov Kaltara untuk berpikir kreatif dan solutif. Adalah Program Layanan Dokter Terbang Kalimantan Utara atau Prolenteraku.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltara Usaman mengungkapkan, dalam memberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan, pihaknya bersama para dokter spesialis dan petugas medis melakukan jemput bola memberikan pelayanan kesehatan dengan langsung mengunjungi rumah warga hingga ke pelosok desa terisolir.
Menurutnya, gerakan jemput bola ini dinilai sangat penting dilakukan karena jauhnya jarak tempuh yang dialami masyarakat setempat khususnya yang tinggal di wilayah perbatasan.
“Dari segi biaya, program ini juga sangat membantu. Periode tahun 2019 hingga 2021 saja misalnya, anggaran yang dihabiskan untuk layanan berobat gratis ini sebesar Rp 5,15 miliar. Estimasi biaya jika masyarakat berobat secara mandiri ke rumah sakit terdekat itu bisa menelan biaya Rp 21 miliar,” tutur Usman.
Sejak mulai mengudara, lewat program ini terlayani 265 orang, tahun 2015 menjadi 767 orang, dan tahun 2016 sebanyak 475 orang.
Tahun 2017 program ini kembali dilaksanakan, dengan jumlah pasien yang terlayani sebanyak 1.872 orang. Kemudian di tahun 2018 sebanyak 2.677 orang, di 2019 sebanyak 2.779 orang, di 2020 sebanyak 4.854 orang, di 2021 sebanyak 1982 orang, lalu di 2022 sebanyak 1.916 orang.
Usman mengaku dalam pelaksanaannya, Prolentera bukan tanpa terkendala. Kondisi geografis yang luas dan medan yang berat, membuat para petugas harus bekerja keras.
“Melewati sungai, kadang harus melewati jeram. Begitu juga yang lewat darat. Namun, Pemprov sudah bertekad memberikan kemudahan akses layanan kesehatan kepada masyarakat. Ini sebagai bentuk komitmen, agar layanan kesehatan bisa dinikmati seluruh masyarakat tanpa terkecuali. (dkisp)