KAYANTARA.COM, TARAKAN – Tingginya frekuensi pemasukan sapi potong ke Tarakan menjelang Iduladha 1441 hijriah berbanding lurus dengan tingginya frekuensi pengujian di laboratorium Karantina Pertanian Tarakan.
Seperti hari ini, Jumat (17/7/2020), untuk memastikan bahwa sapi yang masuk ke Tarakan sehat dan bebas dari penyakit brucellosis, petugas laboratorium karantina hewan melakukan pengujian terhadap 22 sampel serum darah sapi dengan metode Rose Bengal Test (RBT).
Sampel darah sapi diambil dari sapi yang masuk ke Tarakan dari Toli Toli Sulawesi Tengah dan Pare Pare Sulawesi Selatan.
Kepala Karantina Pertanian Tarakan, drh Akhmad Alfaraby mengatakan, meskipun sapi tersebut sudah melewati proses pemeriksaan kesehatan di daerah asal dan dinyatakan sehat, tapi dikhawatirkan sapi terserang sakit selama di perjalanan, maka harus dilakukan pemeriksaan kesehatan kembali di Tarakan.
“Pulau Sulawesi merupakan daerah endemis penyakit Brucellosis, sedangkan Pulau Kalimantan termasuk Pulau Tarakan merupakan daerah bebas Brucellosis, sehingga Karantina Tarakan bertanggung jawab mencegah agar penyakit tersebut tidak masuk ke wilayah Tarakan yang dapat mengancam peternakan sapi di pulau Tarakan,” terangnya.
Ia menegaskan bahwa pemasukan hewan kurban seperti sapi ke Pulau Tarakan harus melewati proses pemeriksaan fisik dan kesehatan baik di daerah asal maupun di daerah tujuan, dengan demikian dapat dipastikan hewan tersebut sehat dan setelah disembelih dagingnya aman dan layak untuk dikonsumsi masyarakat Kota Tarakan.
“Pengujian RBT terhadap seluruh sampel serum darah sapi menunjukkan hasil negatif, dengan demikian dapat diterbitkan sertifikat pembebasan dan sapi tersebut aman untuk diperdagangkan untuk disembelih,” demikian Akhmad. (sur)