Agregator Jadi Solusi Digitalisasi UKM

Respons Kaltara edisi ke-88 membahas perkembangan sektor UMKM di era pandemi, Rabu (29/7)

KAYANTARA.COM, TANJUNG SELOR – Geliat pertumbuhan sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi tumpuan pemerintah untuk menguatkan ekonomi. Pemerintah pusat pun beberapa waktu lalu telah mengisyaratkan agar UKM dapat bertahan pada masa pandemi.

Kepala Unit Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kaltara, Dhika Arya Perdana mengungkapkan, solusi agar UKM dapat bertahan adalah dengan melakukan digitalisasi, koporatisasi. Artinya, mau tidak mau sumberdaya yang dimiliki harus menguasai teknologi.

Beberapa waktu lalu, KPw BI Kaltara juga telah menggelar pelatihan bagi pelaku UKM mengenai Digitalisasi UKM. “Di masa pandemi yang belum berakhir, kita dipaksa beralih agar perekonomian kita dapat tumbuh, salah satunya adalah digitalisasi,” jelas Dhika.

Akan tetapi, formula itu sangat bergantung dengan kesediaan fasilitas internet yang mumpuni. Bagaimana dengan daerah yang belum memilikinya?. Dhika menjelaskan, digitalisasi ini adalah jembatan antara pelaku UKM dan perbankan. Di mana melalui program ini, pihak perbankan akan lebih mudah menawarkan kredit kepada pelaku UKM.

Keuntungannya, lanjut Dhika, adalah efisiensi dan transparansi soal harga. Akan jauh lebih murah, dan memudahkan konsumen. “Apalagi di era pandemi ini, sangat membutuhkan efisiensi,” jelasnya. 

Terkait dengan kondisi daerah yang belum memiliki fasilitas internet maupun jaringan, Dhika mengungkapkan, ada agregator yang punya peran sebagai pengumpul produk yang akan dijual. “Tugas agregator adalah mengumpulkan produknya untuk didistribusikan ke platform digital yang sudah dikerjasamakan,” jelas Dhika.

Dalam paparannya, Dhika juga menjelaskan dominasi pertumbuhan ekonomi di Kaltara masih bertumpu pada konstruksi. Terkait UKM, BI Kaltara melihat dengan pendekatan porsi kredit sudah melebihi 20 persen. Secara aturan penyaluran kredit UMKM dibanding kredit korporasi. “Di Kaltara penyaluran kredit sudah melebihi 20 persen, hingga Juni 2020 porsinya 21,89 persen meski sedikit menurun dibanding tahun 2019,” jelasnya.

Sementara terkait sektor utama kredit UKM masih didominasi oleh sektor perdagangan, sekitar 64,72 persen. Yang kemudian disusul oleh Sektor Pertanian sebesar 15,58 persen. Untuk wilayah penyalurannya masih didominasi Kota Tarakan sebesar 43,8 persen.

Kepala Bidang Koperasi dan UKM Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kaltara, Muhtori mengungkapkan, UKM sangat berperan penting untuk perekonomian, khususnya di Kaltara. “Jumlah UKM di Kaltara cukup besar, mencakup semua sektor,” jelasnya.

Ia menceritakan, UKM dapat terus eksis jika dibarengi dengan perhatian pemerintah. Disperindagkop-UKM Kaltara rutin memberikan pelatihan guna meningkatkan kemampuan UKM di daerah. “Berbagai sektor, karena antusiasmenya sangat besar. Karena itu harus kita berikan pendampingan,” jelasnya. 

Muhtori mengamini peran digitaliasi UKM untuk bertahan. Di Kaltara, cukup banyak sekali kreasi yang dilakukan oleh pelaku UKM di masa pandemi. Dengan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produknya. “Ini justru menjadi angin segar bagi pelaku UKM lainnya, agar mampu bertahan di masa pandemi,” sebutnya.

Sementara, Pimpinan Kantor Wilayah PT BPD Kaltimtara Muhammad Hidayat mengungkapkan, kredit UMKM sangat banyak diberikan. Misalnya, kredit ternak sejahtera, perikanan, sawit. Fasilitas kredit diberikan berdasarkan anjuran pemerintah dan memiliki kriteria persyaratan yang berbeda.

“Fasilitas kredit yang diberikan melalui sejumlah segmen, untuk di Kaltara capaiannya sudah Rp 380 miliar yang sudah tersalurkan untuk 2553 nasabah yang di-cover,” tuturnya. Target di TW II perkembangan kredit UMKKM di wilayah Kaltara sudah mengalami pertumbuhan 103,034 persen.(humas)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here