KAYANTARA.COM, TARAKAN – Banyak tumbuh di hutan belantara Kalimantan Utara (Kaltara), tanaman alokasi (alocasia) kini mulai diminati para pencinta tanaman hias.
Alhasil, tanaman yang dikategorikan rhizomatous berdaun lebar atau umbi dari keluarga araceae ini memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan.
Adalah Trisno Susilo yang berhasil memasarkan tanaman alokasi jenis tengkorak asal Kabupaten Bulungan hingga ke seluruh Indonesia.
Hasilnya, pria yang juga menjabat sebagai salah satu anggota Sat Brimob Polda Kaltara ini berhasil meraih omset yang cukup menggiurkan, apalagi di tengah pandemi Covid-19 sekarang ini.
“Awalnya coba-coba saja dengan modal Rp400 ribu saya pesan 50 batang alokasia dari dari Desa Mara Satu, Kecamatan Tanjung Palas Barat, Kabupaten Bulungan,” kata Trisno saat ditemui Kayantara.com dikediamannya di Mako Brimob Polda Kaltara, di Tarakan, Senin (26/10).
Dari 50 batang alokasia itu, ayah tiga anak ini tidak menyangka kalau tanaman yang banyak diburu para pecinta tanaman hias sangat diminati, setelah dipasarkan melalui media sosial.
Bahkan, hanya dalam waktu singkat tanaman tersebut ludes terjual dengan jumlah permintaan yang semakin banyak.
“Saya tidak menyangka juga kalau banyak yang minat (alokasia), kemudian hasil dari penjualan 50 batang pertama itu saya putar lagi untuk membeli alokasia,” ungkapnya.
Diceritakan Trisno, setelah berbisnis alokasi kurang lebih dua bulan, kini permintaan alokasia di seluruh Indonesia semkin meningkat.
Dalam sehari tanaman alokasia ini bisa dikirim ke 100 alamat di seluruh Indonesia, dengan jumlah tanaman yang bervariatif setiap alamatnya.
“Paling sedikit dalam sehari itu 37 kota atau alamat, tapi dalam setiap kotak itu isinya dua batang alokasia dan paling banyak 10 batang, kalau pembelian satu batang kita tidak layani karena terkendala ongkos kirim dan pengurusan karantina,” jelasnya.
Dengan banyaknya peminat alokasia saat ini, dirinya harus mendatangkan alokasia dari Bulungan paling sedikit 150 sampai 200 batang dalam sehari. Tapi, pernah juga karena banyaknya permintaan, sehingga alokasia yang dibutuhkan mencapai 700 batang lebih.
“Yang jadi masalah, sekarang banyak juga jual Alokasia ini terutama dari Kaltim, jadi saya mulai kesulitan mendapatkan stok alokasia, karena penjual alokasia dari Kaltim ini langsung jemput bola membeli dari pencari Alokasia di Bulungan,” bebernya.
Ia menyebutkan, menjual alokasia ini tidak ada ruginya, karena bonggol akarnya sendiri laku dijual selain dijual utuh dengan daunnya. Untuk harganya sendiri, alokasia utuh dijual Rp33.500 ribu per batang. Sedangkan bonggol akar biasanya dihargai Rp19 ribu.
“Kalau dari para pencarinya, alokasia awalnya dihargai Rp5 ribu, tapi seiring banyaknya permintaan harganya sekarang naik jadi Rp11 ribu per batang,” sebut Trisno.
Banyaknya peminat tanaman ini, dikatakan Trisno, kini dirinya bisa mengirim alokasia asal Bulungan, Kaltara hingga ke seluruh Indonesia, termasuk dikirim ke Aceh.
Selain itu, pernah juga ada yang pesan dari Papua, sayangnya tidak bisa dilayani karena terkendala masalah waktu pengiriman.
“Di Kaltara juga banyak peminatnya, pernah juga ada yang pesan dari Malinau, di Sebatik dan beberapa hotel di Tarakan, padahal kalau mau dibilang alokasia ini banyak tumbuh di hutan Kaltara,” ujarnya.
Disinggung masalah omset, Trisno menuturkan, dari hasil penjualan alokasia ini dalam sebulan bisa mencapai Rp80 juta. Hanya saja, untuk keuntungan bersihnya dalam 100 batang Alokasia bisa mencapai Rp1,3 juta.
“Alhamdulillah bisa membantu keuangan di tengah pandemik Covid-19, dari bisnis alokasi ini saya juga bisa memberi pekerjaan beberapa orang untuk membantu pendapatan orang yang kesulitan di masa corona,” katanya.
Walau mendapatkan keuntungan dalam berjualan alokasia, Trisno menerangkan, dirinya bukan tidak pernah mengalami kerugian, hal ini dikarenakan adanya pesan sebanyak 50 batang yang tidak dibayar oleh konsumen.
Meski begitu, dirinya tidak berkecil hati dan sudah mengikhlaskan semuanya. “Kalau masalah kendala paling hanya masalah stok saja, untuk masalah pengiriman semuanya aman dan saya juga tidak pernah dikomplai kalau bunga yang sampai sudah layu atau busuk,” terangnya.
Untuk masalah pengemasan, Trisno menuturkan, semua sudah dilakukan sesuai dengan prosesur yang ada dari Balai Karantina Pertanian (BKP). Yakni, Alokasia yang dikirim tanpa menggunakan media tanah, sebagai gantinya diberikan bubuk sekam dan dikasih sedikit vitamin tumbuhan.
“Alokasia ini bisa bertahan selama seminggu dalam proses pengiriman, paling lama itu Aceh yang pernah kita kirim, tapi begitu sampai kita dapat laporan tetapa masih segar tumbuhannya,” tuturnya.
Untuk memasarkan Alokasi ke seluruh penjuru Indonesia, selain menggunakan media sosial kini Trisno juga menggunakan lapak di toko online seperti Shopee dengan akun lapak 51377Trisno.
Selain memasarkan ke seluruh Indonesia, Trisno berharap alokasia miliknya bisa tembus pasar Internasional, karena salah saru penjual alokasia di Tarakan pernah ada yang tembus penjualan ke Thailand.
“Ini saya lagi cari cara biar bisa dipasarkan ke luar Indonesia, dengan begitu alokasia asal Kaltara ini bisa lebih dikenal, apalagi komandan saya di Brimob mendukung dengan saya berjualan alokasia ini,” tutupnya. (mil)