Budidaya Hidroponik Terus Digalakan Buat Generasi Milenial di Malinau

KAYANTARA.COM, MALINAU – Hidroponik menjadi salah satu inovasi dalam dunia bercocok tanam. Seiring perkembangan teknologi, hidroponik kini terus digalakkan pada lapisan masyarakat khususnya generasi milineal yang ada di Kabupaten Malinau.

Akhir pekan lalu, Sabtu (12/6/2021), sebanyak 40 peserta generasi milenial di 4 kecamatan perkotaan mendapatkan bekal pelatihan keterampilan dari salah satu program 100 hari Bupati Malinau Wempi W Mawa.

Program ini bekerjasama dengan komunitas rumah tani milineal (RTM) Malinau yang digelar di gedung Satpol PP, Linmas dan Damkar Malinau.

Koordinator Bidang Pelatihan Hidroponik milineal mandiri , Edy Salman SH.,M.Si mengungkapkan bahwa kegiatan itu bertujuan untuk memberikan keterampilan bagi generasi muda yang ingin berbudidaya hidroponik.

“Hasil dari pelatihan ini budidaya hidroponik ini generasi milenial kita di Malinau mampu menghasilkan pendapatan dan membuka lapangan pekerjaan masyarakat,” ujar Edy saat ditemui disela-sela kegiatan.

Edy menyebutkan dari 40 orang generasi milenial tersebut akan mendapatkan kerampilan mulai dari teori hingga praktik selama tiga hari ke depan.

“Hari ini mereka dibekali teori langsung dari komunitas rumah tani milineal malinau. Setelah itu, mereka akan diberikan praktik langsung hari senin nanti (hari ini),” jelasnya.

Menurutnya, hidroponik di Malinau sudah menjadi satu peluang dan dibutuhkan oleh masyarakat Malinau. “Harapan kita generasi milenial mampu menghidupkan di lingkungan keluarganya, terutama di pekarangan rumahnya dan bisa mandiri,” katanya.

Sementara Ketua Komunitas Rumah Tani Milineal (RTM) Malinau Donny Daniel mengatakan bahwa hidroponik di Bumi Intimung dimulai sejak 2015 lalu.

Namun, seiring perkembangan teknologi, hidroponik menjadi satu kebutuhan di tengah masyarakat.

“Karena itu, saya sejak tahun 2015 sudah memulainya. Sekitaran 2017-2018 lalu hidroponik ternyata sudah diminati oleh masyarakat,” jelasnya.

Pembentukan awal komunitas rumah tani milenial tersebut berjumlah 20 orang. Namun seiring waktu tersisa 5 orang yang telah berhasil berproduksi di Malinau.

“Sejak dibentuk oleh Dinas Pertanian dan ketahanan pangan. Dari 20 orang, hanya 5 orang yang berhasil dan menekuni sampai berproduksi,” ungkapnya.

Dia pun menjelaskan bercocok tanam dengan cara hidroponik sebenarnya harus diawali dari niat terlebih dahulu.

“Sebagai pemula itu harus dari niat dulu dan mau terus belajar. Dan berpikiran langsung ke pendapatan ekonomi. Minimal itu bagaimana bisa menanam, tanamannya bisa dikonsumsi sendiri dulu. Ketika cukup berhasil baru berpikir usaha dan bisnisnya,” jelasnya.

Apalagi untuk berhidroponik, menurut dia, sebenarnya mudah. Karena bahan-bahan bisa memanfaatkan limbah rumah tangga. Semisalnya, botol, gelas aqua dan lain sebagainya.

“Itu pertama kalau ingin dilingkungan rumah tangga dulu. Disamping itu hidrponik juga dapat mengurangi limbah plastik di rumah tangga,” ungkapnya.

Dari sisi budidaya tanam konvesional dan hidroponik, menurut dia, yang terbilang masih praktis dan mudah adalah di hidroponik.

“Cukup dengan modal 5 juta sudah bisa. Sedangkan konvesional tentu memerlukan lahan yang besar dan beberapa yang dibutuhkan. Nah hidroponik tidak yang penting ada bahan dan bisa mengulang bahkan biudidaya hidroponik bisa diwariskan,” jelasnya.

Pada prinsipnya hidroponik ini, diakuinya, dapat membantu ekonomi rumah tangga. “Kalau sudah terbantu. baru bergeser ke orang sekitar. Prinsipnya tekuni dulu dan belajar secara terus menerus. Jadi mulailah dari diri sendiri untuk menanam. Ketika berhasil baru tingkatkan ekonomi rumah tangga dan berbagi dengan masyarakat,” ungkapnya.

Dia mengaku, selama berkecimpung di budidaya hidropnik sudah banyak dihasilkan dan bervariasi. “Bervariasi sih, mulai dari sayuran sawi, tomat, terong, timun, semangka dan yang dicoba lagi daun kembang kool yang sebentar lagi menunggu hasilnya,” jelasnya.

Melihat antusias dari peserta kalangan milineal ini, kata Donny, tentu ada kepuasan dalam berbagi dan shearing pengalaman. “Intinya saya itu senang bisa memberikan dan membantu agar orang lain juga bisa meningkatkan ekonominya,” jelasnya.

Apalagi, dari para peserta ini terbilang masih awan terhadap hidroponik. Tentu, dari shearing banyak yang memang harus diberikan pengetahuan dan memotivasi agar dapat berbudidaya hidroponik.

“Karena manfaatnya sangat banyak dan bisa dinikmati hasilnya sendiri. Namun yang saya tekankan kepada mereka itu, hidroponik jangan dilihat langsung hasil produksi yang tinggi. Karena kalau fokus kesitu pasti akan gagal. Karena sudah berpekspatasi untuk menjual ke pasar. Tapi harus dari rumah tangga dulu,” pungkasnya. (eby)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here