KAYANTARA.COM, TARAKAN – Memperingati hari Buku dan Hak Cipta Sedunia (World Book and Copyright Day) 2022, Bank Indonesia Institute (BINS) berkolaborasi dengan delapan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) menyelenggarakan rangkaian kegiatan literasi.
Antara lain Book Talk and Sharing (BTS). Sebagai kegiatan di minggu keempat, Perpustakaan KPwBI Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menjadi host penyelenggaran berkerjasama dengan pengelola BI Corner STIE Bulungan Tarakan pada 14 April 2022.
Kegiatan ini diikuti kurang lebih 400 peserta secara daring, serta dihadiri oleh Kepala KPwBI Kaltara, Tedy Arief Budiman, Kepala Divisi Perpustakaan, Public Exposure dan Manajemen Intern Bank Indonesia Institute, Nurhemi, dan Ketua STIE Bulungan Tarakan, Marso.
Sebagai pengisi acara utama, penulis buku “Insecurity Is My Middle Name”, Alvi Syahrin hadir secara daring. Sedangkan pembedah yaitu Sitti Jumeriah (Psikolog) dan Rahmadina (Founder Komunitas Jendela Nusantara) hadir secara langsung.
Kemudian dalam rangka menyemarakan kegiatan ini, Perpustakaan KPwBI Kaltara juga telah menyelenggarakan Lomba Opini dengan mengusung tema yang sejalan, yaitu mengenai isu kesehatan mental. Lomba opini ini diikuti oleh 59 peserta yang hadir secara virtual
Dalam sambutannya, Tedy menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia khususnya di Kaltara.
“Berdasarkan hasil pengamatan kami, salah satu isu yang sedang ramai dibicarakan oleh generasi muda adalah terkait isu kesehatan mental. Bahkan saat ini banyak generasi muda yang merasa bahwa dirinya memiliki isu kesehatan mental yang disebabkan oleh rasa insecure terhadap diri sendiri,” tutur Tedy.
Kegiatan Bedah Buku yang diselenggarakan KPwBI Provinsi Kaltara ini mengambil tema “Mental Health Begins With Me” yang berfokus kepada isu kesehatan mental yang belakangan ini cukup menjadi berbincangan di kalangan generasi muda.
Pada kesempatan yang sama, Nurhemi juga menyampaikan apresiasi dan harapannya terhadap kegiatan BTS ini.
“Semoga rangkaian kegiatan knowledge sharing ini dapat membawa manfaat positif dan meningkatkan motivasi serta positivisme bagi pegawai BI, pustakawan BI, serta para adik-adik GenBI yang hadir secara khusus dari seluruh nusantara,” papar Nurhemi.
Sebagai pengisi acara utama, Alvi memaparkan isi dari buku karyanya pada 12 poin utama. Menurutnya, insecure merupakan suatu hal yang wajar dan tidak selalu berdampak buruk bagi seseorang. “Ada insecurity yang nggak layak dipertahankan, ada insecurity yang layak dipertahankan. Sometimes, it’s okay to feel insecure. Sometimes, it’s not worth it”, ujar Alvi. Menurut Alvi, insecurity yang berkaitan dengan fisik tidak layak dipertahankan.
Sedangkan insecurity yang dapat menimbulkan motivasi untuk meningkatkan kompetensi dapat dipertahankan. Menanggapi penjelasan Alvi, Sitti sebagai pembedah pertama mengapresiasi konten dari buku “Insecurity Is My Middle Name”.
“Buku ini mampu memberikan pandangan terhadap masalah insecurity yang kerap dialami oleh generasi muda dengan penyampaian bahasa yang sederhana dan mudah dipahami,” kata Sitti.
Sebagai pembedah kedua, Rahmadina juga menyampaikan apresiasinya. “Buku ini tidak hanya sebagai suatu benda mati, tetapi juga seperti sosok teman yang memahami masalah insecurity yang sering dialami oleh generasi muda,” ujar Rahmadina. (kt1)