Oleh: Syamsuddin Arfah
“Engkau mengharapkan kesuksesan tetapi engkau tidak menempuh jalan-jalan nya, ketahuilah bahwa kapal tidak akan berlayar diatas daratan” (Kata Bijak)
Pada suatu masa, Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukan suatu daerah.
Pagi hari sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya: “Dalam perjalanan, nanti malam, kita akan melintasi sungai. Ambillah apapun yang terinjak yang ada di sungai itu”
Ketika malam tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai, ada tiga golongan prajurit.
Golongan yang pertama tidak mengambil apapun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu.
Golongan yang kedua mengambil ala kadarnya yang terinjak di sungai, sekedar mengikuti perintah Raja.
Golongan yang ketiga mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan.
Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba pagi hari, Iskandar Zulkarnain bertanya kepada pasukannya, apa yang kalian dapatkan semalam…?
Ketika para prajurit memeriksa tasnya, ternyata isinya intan berlian. Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesalinya. Prajurit yang mengambil ala kadarnya ada perasaan senang bercampur penyesalan. Sedangkan prajurit yang sungguh-sungguh mengambil merasa sangat bahagia.
Cerita tersebut dikutip dari buku tasawuf modern karya Buya Hamka
Tidak lama lagi kita akan ditinggalkan ramadhan. Di dalamnya banyak sekali keberkahan. Dan kita memiliki tiga pilihan.
Melewati ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikitpun.
Atau melewati Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya.
Atau melewati Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahannya, dengan cara memperbanyak ibadah dan amal kebaikan lainnya.
Ramadhan kariim, semoga kita termasuk golongan yang mendapat magfirah, rahmat dan keberkahan.
Sahabat yang beriman, perempuan sosialita pernah menulis di status pada FB nya dengan komentar: “anda berpenampilan seksi, suka keluyuran, jarang menunaikan shalat, tetapi ketika berdoa: “minta nya mendapatkan imam (pendamping) yang sholeh”, emang mau ngucik dari mana ?”.
Walaupun ini hanya sekedar kelakar di media sosial, tetapi kesan yang terdalam adalah antara do’a dan kenyatan diri yang sebenarnya harus berimbang dan berbanding lurus, ingin mendapatkan imam yang sholeh, ya kudu harus menjadi wanita sholehah juga, kan begitu semestinya dan seharusnya. Maksud saya jika ingin untuk memperoleh lailatul qadar tentu harus berimbang dengan pensikapan kita terhadap Ramadhan.
Bagamana ingin untuk meraih malam seribu bulan, sedang kita terlena dengan istirahat yang banyak serta tidur yang tidak kurang, I’tikaf pun di rekayasa sesempatnya, baca Al-Qur’an dibaca sekenanya di waktu yang sisa, tidak sempat menggali ma’na yang terkandung di dalam nya, apalagi sampai mengamalkan nya. berinfak alakadar nya, bukan semaksimal nya. Ingin berharap surga dalam lamunan, tetapi ibadah dalam keterlenaan.
Betapa cepat Ramadhan meninggalkan kita, tak terkejar langkah nya yang semakin cepat melesak bak anak panah yang meluncur dari busur nya. Sementara kita lagi di buai dan di nina bobokan dengan pekerjaan, dagangan dan lain-lain, di buai dengan tatapan indah keduniaan, sibuk menyiapkan segala sesuatu nya untuk berlebaran, sedang Ramadhan menjadi tanpa isi dan tanpa ma’na.
Kita meminta ni’mat kubur dan bukan siksa kubur, kita meminta surga dan di jauhkan dari neraka. Tetapi Ramadhan dilalaikan seakan bertemu dengan Ramadhan pada tahun yang akan datang. Emank ajal serta umur ditangan kita? Emank kematian kita yang atur? Seakan mendapat jaminan untuk bertemu Ramadhan kedepan nya.
Sahabat yang beriman, jadikan Ramadhan ini adalah Ramadhan yang terakhir, ketahuilah bahwa yang sangat menyesal, penuh kesedihan dan kekecewaan adalah penghuni kubur, mereka ingin untuk keluar dari kubur, beribadah dengan kesungguhan dan sepenuh hati tanpa pernah menyia-nyiakan waktu yang ada pada Ramadhan ini, walaupun, sedetik, semenit, sehari dan seterus nya, sedang kita yang diberikan Ramadhan pada ogah-ogahan.
Sahabat yang beriman yang perlu di catat dalam benak kita adalah “Ramadhan bukan tentang siapa yang pertama datang menyambut, tetapi siapa yang paling kuat bertahan hingga akhir di penghujung Ramadhan”.
“Ya Allah sesungguhnya engkau maha pemaaf, engkau suka memberi maaf, maka maafkan lah kami”.
“ Ya Allah jadikan lah umur terbaik kami, ada di akhir usia kami dan jadikanlah amal-amal kami yang terbaik ada di penghujung dan penutup nya, serta jadikanlah hari-hari terbaik kami adalah hari-hari di saat kami berjumpa denganMu.”
Allahu a’lamu bis-shawab.