KAYANTARA.COM, Tarakan-Jumlah merchant QRIS di wilayah Provinsi Kalimantan Utara per Juni 2024 kembali meningkat menjadi 85.153 merchant. Jumlah tersebut bertambah 7.037 merchant jika dibandingkan posisi per 31 Desember 2023. Yakni 78.116 merchant.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara, Wahyu Indra Sukma mengatakan peningkatan serupa juga terjadi per Mei 2024 sebanyak 96.983 pengguna QRIS, meningkat sebanyak 14.929 pengguna baru jika dibandingkan 31 Desember 2023 (82.054 pengguna).
Sementara perkembangan aliran uang rupiah sepanjang Juni 2024, terdapat arus uang keluar (outflow) dari KPwBI Kaltara sebesar Rp253,34 miliar atau tumbuh sebesar 3,29% (yoy) dibandingkan dengan Juni 2023.
Di sisi lain, arus uang masuk (inflow) tercatat sebesar Rp80,24 miliar atau terkontraksi sebesar 41,57% (yoy) dari periode yang sama pada 2023. Dengan demikian, hingga Juni 2024 KPwBI Kaltara mengalami net outflow sebesar Rp173,09 miliar.
«Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Utara secara teratur melakukan dropping dan penarikan uang, termasuk uang tidak layak edar pada tiga Kas Titipan Bank Indonesia (Tanjung Selor, Malinau dan Nunukan) sesuai kebutuhan untuk memastikan uang yang beredar dimasyarakat dalam kondisi layak edar,» ungkapnya.
Perkembangan Sistem Pembayaran Bank Indonesia
Pihaknya menambahkan, sepanjang Mei 2024, pelaksanaan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) melalui layanan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang diselenggarakan oleh KPwBI Kaltara telah berlangsung dengan efisien, aman, andal dan lancar. Hal tersebut tercermin dari tingkat ketersediaan (availability) sistem yang mencapai 100% dan tidak terdapat unsettled transaction.
Nilai transaksi BI-RTGS pada bulan Mei 2024 tercatat tumbuh sebesar 9,2% (yoy) menjadi sebesar Rp1.1244,86 miliar. Di sisi lain, dengan hal tersebut, volume transaksi RTGS tercatat sebanyak 622 transaksi atau terkontraksi sebesar 6,2% (yoy).
Di sisi lain, nilai transaksi transfer dana melalui SKNBI mengalami kontraksi sebesar 10,5% (yoy) menjadi Rp371,94 miliar. Sejalan dengan itu Volume transaksi juga mengalami penurunan sebesar 24,6% (yoy) atau tercatat sebanyak 6.996 transaksi.
“Kondisi ini sejalan dengan penerapan BI-FAST yang semakin luas di masyarakat sejak Desember 2021 sebagai wujud modernisasi dari SKNBI, dengan waktu layanan lebih luas (24/7), real time, dan kanal pembayaran yang lebih luas,” tukasnya. (kyt)