KAYANTARA.COM, TARAKAN-Ambruknya sejumlah ruangan sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Mujahidin yang terjadi pada Senin (25/11/2019) sekitar pukul 17.00 Wita lalu, tak berarti proses belajar mengajar dihentikan.
Pagi (27/11) tadi misalnya, dari pantauan awak media ini sekolah tingkat dasar yang berada di RT.15 Kelurahan Selumit Pantai ini tetap berlangsung seperti biasanya. Hanya saja, Kepala Sekolah MI Al Mujahidin, Darmanto mengatakan, dari enam rombongan belajar (rombel) atau enam kelas, yang sebelumnya semua rombel itu mengikuti jam belajar pukul 07.00 Wita, kini harus dibagi menjadi dua shift.
“Karena kondisi sekolah yang sangat memprihatinkan dan membahayakan siswa, maka jam belajarnya kami bagi menjadi dua shift, yaitu 3 kelas masuk pagi dan 3 kelasnya lagi masuk siang,” katanya. Waktu proses belajar untuk 150 siswa di sekolah tersebut juga akan diterapkan pada saat ujian sekolah dan nasional nanti.
Diketahui, ruangan sekolah yang ambruk itu adalah ruang kepala sekolah dan perpustakaan.
Sekolah MI Tertua di Tarakan
DIKATAKAN Darmanto, ambruknya MI Al Mujahidin yang merupakan sekolah MI tertua di Tarakan ini, pada Senin lalu itu, merupakan musibah kedua kalinya. “Tapi yang pertama waktu itu tidak terlalu parah,” cetusnya. “Maka dari itulah kita ajukan proposal dana bantuan perbaikan sekolah ke dinas dan Kemenag, tapi tidak ada follow up,” ungkap Darmanto.
Karena tidak ada respon, lanjut dia, pihak MI Al Mujahidin berinisiatif membangun gedung baru di area belakang sekolah. “Cuma hanya bisa bangun pondasi dan bagian atas, setelah itu dapat bantuan dari Pemkot Tarakan untuk tahap finishingnya,” katanya. Menurutnya, penyebab ambruknya bagian bangunan sekolah ini dikarenakan tak mampu menampung material untuk pembangunan gedung baru di belakang sekolah.
“Harapan kami, pemerintah harus peduli dengan sekolah-sekolah lainnya seperti sekolah kami yang dibangun sejak 1990 ini. Seharusnya MI Al Mujahidin ini memiliki gedung yang sama dengan sekolah lainnya, megah dan bertingkat. Karena tujuan kita semua sama jadi perlakuannya juga harusnya sama,” beber Darmanto. (*)
Editor: Mansyur Adityo