KAYANTARA.COM, JAKARTA – Senin (13/7), siswa-siswa di seluruh Indonesia akan memasuki tahun ajaran baru. Sebagaimana telah disampaikan Mendikbud Nadiem Makarim dalam pengumuman keputusan bersama empat kementerian (15/6), hanya daerah yang berada dalam zona hijau yang dipersilahkan melakukan pembelajaran tatap muka, itupun dengan protokol yang sangat ketat. Ini berarti, sebagian besar sekolah masih akan melakukan pembelajaran jarak jauh.
Sehubungan dengan hal tersebut, Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian memberikan pesan-pesannya.
“Tahun ajaran baru ini berbeda dari tahun-tahun ajaran sebelumnya. Oleh karena itu, persiapan dan target-targetnya juga berbeda. Jangan disamakan seperti saat kita dalam keadaan normal,” ujarnya.
Hetifah mencontohkan, dalam penerapan kompetensi dasar siswa, tidak semuanya perlu dikejar.
“Guru sebaiknya dapat memilah-milah mana kompetensi yang benar-benar harus dicapai siswa, mana yang bisa dikesampingkan dahulu. Sebaiknya tidak membebani siswa dan orangtua dengan target-target yang terlalu sulit dicapai dengan pembelajaran jarak jauh. Kemendikbud saya harap bisa segera meluncurkan kurikulum darurat yang katanya sedang disusun, agar guru-guru seluruh Indonesia memiliki acuan yang sama dalam pemangkasan tersebut,” paparnya.
Hetifah berharap pihak sekolah telah lebih siap untuk melaksanakan PJJ dibandingkan beberapa bulan sebelumnya.
“Beberapa bulan ini kita semua sudah sama-sama beradaptasi, contohnya dengan penggunaan teknologi. Saya harap sekolah dan guru dapat mulai menggunakan platform-platform pembelajaran yang ada, karena berdasarkan survey banyak yang masih belum digunakan. Padahal itu sangat bermanfaat dan membantu proses pembelajaran,” jelasnya.
Salah satu yang memiliki peran sentral dalam menyukseskan pembelajaran jarak jauh ini adalah orangtua. Kepada mereka, Hetifah memberikan semangatnya.
“Kepada para orangtua murid, saya tahu ini masa-masa yang sulit. Saya harap ini tidak terlalu menjadi beban mental untuk mencapai target-target tertentu. Kesehatan fisik maupun psikologis orangtua dan anak di masa sulit ini adalah yang paling utama,” ucapnya.
Hetifah yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bidang Kesra ini menambahkan, jika ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi orangtua dalam PJJ, sebaiknya dikomunikasikan ke pihak sekolah.
“Komunikasi antar guru dan orangtua harus ditingkatkan, agar guru dapat mengerti bagaimana keadaan orangtua di rumah. Karena keadaan setiap keluarga berbeda-beda, maka tidak bisa disamaratakan. Bisa ada kebijakan-kebijakan khusus dari sekolah bagi keluarga-keluarga yang memang membutuhkan,” pungkasnya. (sur)