KAYANTARA.COM, TARAKAN – Sejak resmi diluncurkan 17 Agustus kemarin, uang baru pecahan Rp75 ribu ramai diperbincangkan di dunia maya.
Terutama mengenai pakaian adat Tidung Kalimantan Utara (Kaltara) yang menjadi salah satu ikon di uang kertas tersebut.
Dalam berbagai komentar netizen di media sosial, kostum adat Tidung yang dikenakan siswa SD Negeri 041 Tarakan pada uang tersebut dituding merupakan busana China.
Geram dengan cuitan netizen yang dianggap memecahkan persatuan dan kesatuan bangsa ini, Wakil Ketua Komite II DPD RI Hasan Basri asal Kaltara akhirnya angkat bicara.
Ketua PBSI Kaltara ini sangat menyesalkan dan mengutuk keras perilaku tak terpuji netizen tersebut. Dia meminta apabila timbul rasa ketidaksukaan terhadap pemerintah janganlah budaya asli Indonesia diplesetkan sebelum mengetahui kebenarannya.
“Indonesia ini kaya dengan budaya, suku dan pulau. Pasti kita tidak tahu semuanya. Jangankan suku, nama kabupaten kota di Indonesia saja belum tentu kita tahu semua, apalagi mengenai ada istiadat,” katanya melalui telepon selulernya kepada Kayantara.com, Selasa (18/8) pagi.
Olehnya itu, sebagai warga Indonesia perlu diperkaya serta menggali lebih dalam lagi tentang budaya, suku dan adat istiadat yang dimiliki negeri ini. “Setelah semuanya sudah tahu baru berkomentar,” cetus HB, sapaan akrabnya.
Menurut pengamat budaya nasional di Jakarta, lanjut Hasan, menyatakan bahwa salah satu baju adat dalam uang tersebut adalah asli dari Kaltara yang merupakan bagian dari suku Tidung.
“Sebagai warga Kaltara kita sangat bersyukur sekali bahwa baru pertama kali ini budaya asli Kaltara dilestarikan dalam uang rupiah meskipun dalam bentuk uang peringatan,” ucapnya.
“Kemudian ada yang mengatakan bermata sipit, memang warga Kaltara khususnya asli suku Tidung maupun Dayak memiliki mata sipit. Karena sejarah keturunan sebagian anak bangsa ini berasal dari beberapa negara yang hingga memilki kemiripan,” tambah Hasan.
Kepada para netizen yang menyinyir soal kostum di uang tersebut, Hasan justru menawarkan untuk mengunjungi Kaltara guna melihat secara langsung budaya yang dimiliki Bumi Benuanta khususnya suku Tidung.
“Kalau mau belajar dan mau tahu baju yang sesungguhnya yang ada di uang itu, saya undang ke Kaltara. Kalau ada yang bersedia, InsyaAllah saya bersiap fasilitasi ke Kaltara,” imbuhnya.
Dia juga mengharapkan kepada pemangku suku Tidung di Kaltara untuk mengamanatkan kepadanya baju adat Tidung guna dikenakan dalam acara kenegaraan selama menjadi wakil Kaltara di Jakarta.
“Seperti baju adat Kesultanan Bulungan yang saya pakai dalam acara kenaikan bendera merah putih pada peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-75 kemarin,” demikian Hasan Basri. (sur)