KAYANTARA.COM – Generasi milenial mau memimpin ? Apa mampu ? Yakin dia bisa menghadapi masalah yang kompleks, sementara kita tahu tingkat emosional generasi mereka bagaimana. Begitulah sebagian dari beragamnya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan generasi sebelumnya. Apalagi keraguan dari dua generasi sebelum mereka. Suatu keraguan yang lumrah (bagi mereka).
Generasi Keberkahan
Bersyukur lah bangsa Indonesia yang sekarang ini sedang menuju untuk menerima anugerah dengan jumlah penduduk yang besar. Sebagian mungkin ada yang mengkhawatirkan dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk Indonesia yang besar. Tapi ada baiknya kita ambil sisi positifnya.
Tahun 2025 nanti adalah awal untuk menikmati bonus jumlah penduduk yang usia produktifnya jauh lebih tinggi sepanjang sejarah. Tahun yang akan didomininasi generasi milenial dalam segala sisi bangsa ini. Generasi yang lahir di era 1980 – 2000 atau biasa disebut dengan generasi milenial atau generasi Y. Saat memasuki tahun 2025, dengan jumlahnya yang besar mereka memulai kiprah mereka di negeri ini. Kondisi seperti itu akan memaksa bangsa ini untuk menerima kenyataan bahwa generasi mereka lah yang akan mendapat porsi terbanyak untuk berkiprah bagi negeri.
Generasi milenial ini memang mempunyai kekhususan tersendiri. Jauh dengan generasi X dan generasi-generasi sebelumnya. Genarasi Milenial terlahir dan bertumbuh dalam kondisi jaman yang sedang maju sangat cepat. Generasi ini terlihat begitu menikmati perubahan dan kemajuan teknologi, terutama teknologi informasi. Televisi hitam putih menjadi televisi berwarna, perubahan dari hanya sekedar mesin ketik menjadi komputer dengan big data-nya, dimulainya teknologi telepon genggam, dan yang terakhir adalah dunia internet yang semakin mendominasi kehidupan manusia. Pola pikir dan karakter generasi ini suka atau tidak suka akan menyesuaikan dengan perkembangan ini.
Kesempatan Berkiprah
Kiprah generasi milenial dalam memajukan bangsa mulai nampak lima tahun belakangan ini. Itu setelah mereka mendapatkan kesempatan dan kepercayaan. Ada Risa Santoso menjadi Rektor perguruan tinggi termuda di Indonesia yang baru berusia 27 tahun saat dilantik, ada empat anak muda yang menduduki wakil gubernur yakni Emil Elestianto Dardak Wagub Jawa Timur, Chusnunia Chalim Wagub Lampung, Andi Sudirman Sulaiman Wagub Sulawesi Selatan dan Taj Yasin Wagub Jawa Tengah. Tidak kurang lima puluh dua pemuda yang berusia 21 sampai 35 tahun duduk di DPR-RI. Ada tiga milenial di kabinet Indonesia maju yakni Nadiem Makarim, Angela Hary Tanoesoedibjo, Jerry Sambuaga. Dan perkembangan yang terakhir adalah adanya orang muda yang bisnisnya sedang melesat cepat yakni Adams Belva Syah Devara CEO Ruang Guru yang terpilih oleh Majalah Forbes sebagai 30 Pengusaha muda paling berpengaruh di Asia.
Mereka-mereka ini melaksanakan tugas sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki. Keterlibatan mereka menjadi harapan baru bagi bangsa untuk semakin bisa berkembang dan mengikuti perkembangan zaman. Fenomena dilibatkannya orang muda sebagai generasi milenial dalam posisi penting juga terjadi di belahan lain di dunia, baik dalam politik maupun dalam bidang usaha.
Generasi Unik
Fakta bahwa generasi milenial adalah generasi yang istimewa terlihat dari keunikan yang dimiliki mereka. Semua rata-rata sama. Terlebih generasi milenial yang berkesempatan untuk memimpin di bidang apa saja. Keunikan yang menjadi ciri khas mereka diantaranya adalah :
• Lebih percaya pada hasil akhir daripada proses. Mereka tidak mau terikat dengan jam-jam tertentu hanya untuk menyelesaikan pekerjaan. Bagi mereka, yang penting output harus jelas.
• Berpikir out of the box diperlukan bila ingin maju. Dari hal ini lah mereka lebih berpikir kreatif dan selalu punya inovasi-inovasi baru. Ide-ide yang tidak terpikirkan sebelumnya selalu hadir dari generasi ini.
• Kepercayaan diri yang dimiliki. Mereka lebih berani berpendapat, berani mengekspresikan diri, dan berani mempertahankan pendapat tanpa mau dibatasi sungkan dengan atasan atau generasi di atasnya.
• Bekerjasama dan sama-sama bekerja akan lebih membuat mereka maju dan berkembang. Bagi mereka kesetaraan adalah hal yang penting dalam usaha untuk membuahkan hasil.
• Sangat cepat menerima informasi dan meresponnya dengan cepat pula. Pada akhirnya mereka juga cepat menangkap peluang lalu mengembangkannya.
Keunikan tersebut terbentuk tidak lepas dari teknologi informasi yang sudah sangat dekat dengan mereka. Pola pikir mereka terbentuk dari hal itu.
Dari kenyataan di atas, ditambah lagi dengan “keterpaksaan” untuk menerima bahwa generasi milenial lah yang akan mendominasi untuk memimpin negeri ini dalam banyak bidang, maka sejatinya semua orang dari banyak generasi harus menerima kenyataan itu. Itulah realitanya. Kesempatan yang diberikan kepada mereka adalah pemicu bagi dirinya sendiri untuk semakin dalam terlibat.
Demikian juga dalam kancah perpolitikan. Generasi milenial akan semakin banyak terlibat (lebih tepatnya dilibatkan) untuk menentukan arah bangsa ini. Meskipun tidak dipungkiri bahwa mereka saat ini masih banyak yang anti dengan politik. Bahkan tidak mau tahu dengan segala sesuatu yang berbau politik. Bagi mereka politik itu hanya basa-basi saja. Itu sangat bertolak belakang dengan pola pikir mereka yang menginginkan semua harus apa adanya, harus cepat untuk menyikapi dan menanggapi.
Tantangan dan Harapan
Tampaknya antara kebutuhan kepemimpinan dengan ketersediaan sumber daya manusia yang ada akan menjadi tantangan kedepannya. Negeri ini tetap membutuhkan pemimpin. Regenerasi mau tidak mau harus bergulir. Kondisi anak muda saat ini yang sudah terbentuk pola pikirnya karena kemajuan teknologi informasi. Itu kondisi yang terjadi saat ini.
Sudah banyak yang tahu dan merasakan bahwa sistem birokrasi negara ini sudah semakin menjenuhkan. Banyak hal yang sebenarnya mudah tapi sepertinya dibuat sulit. Terlepas antara ada kesengajaan atau tidak, tapi inilah yang terjadi. Dan ini sangat bertentangan dengan karakter generasi milenial. Makanya tidak heran bila mereka tidak memperdulikan itu semua.
Itulah kondisi-kondisi yang harus dihadapi bersama. Harus ada jalan tengah yang bijak untuk menyikapinya. Mengambil langkah sedini mungkin dengan melibatkan generasi milenial dalam berbagai bidang adalah hal yang tepat. Bahkan bisa menjadi suatu keharusan. Karena mereka-mereka juga lah yang nantinya akan menguasai bangsa ini.
Penyesuaian-penyesuaian memang harus dilakukan, baik bagi generasi milenial sendiri maupun generasi-generasi sebelumnya. Kondisi ini tidak bisa dielakan, dan masing-masing generasi harus bisa menerima kenyataan. Kenyataan bahwa zaman sudah berubah dan menuntut semua juga harus bisa menyesuaikan dengan perubahan itu.
Sekarang saatnya memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada generasi milenial untuk terlibat dalam kepemimpinan bangsa. Selagi masih dalam usia yang bisa untuk berkembang, kesempatan itu harus diberikan. Keunikan generasi milenial harus bisa dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa. Karena bangsa ini kedepannya membutuhkan keterbukaan, kecepatan, hasil yang nyata dan banyak inovasi. Hal itu hanya dimiliki oleh generasi milenial. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk memimpin dengan keunikannya akan menjadi berkah tersendiri bagi bangsa ini.
Bagi generasi milenial sendiri, kesempatan yang diberikan untuk memimpin akan menjadi peluang untuk lebih berkiprah dan mengembangkan diri. Mereka harus mulai bisa mengambil kesempatan itu. Siapa lagi yang akan menguasai kalau bukan mereka sendiri.
Menjawab pertanyaan di awal, rasanya hal yang tidak bisa dihindarkan lagi bahwa kita memang membutuhkan pemimpin milenial. Bukan hanya kepemimpinan yang mengakomodir keinginan generasi milenial saja tapi kita butuh pemimpin milenial demi kemajuan bangsa. Maka, sekarang lah saat yang tepat untuk memilih pemimpin generasi milenial. (Riffiandika Pratama Efsa)