KAYANTARA.COM, TANJUNG SELOR – Himbauan Gubernur Kaltara, Zainal Arifin Paliwang, yang ditujukan kepada semua Aparatur Sipil Negara (ASN) agar mengenakan batik khas Kaltara sebagai bentuk kearifan lokal, menjadi berkah bagi para pengrajin batik. Sebab hal itu dinilai akan menumbuhkan perekonomian masyarakat.
Seperti yang dikatakan pengrajin batik di Kabupaten Bulungan, Ainun Farida. Ia mengucap syukur, karena Gubernur Kaltara telah menjadikan batik sebagai ikon daerah yang harus dikenakan di hari-hari tertentu saat kedinasan.
“Pertama-tama saya mengucapkan alhamdulillah, bersyukur atas apa yang beliau sampaikan saat menjabat agar menumbuhkan kearifan lokal, yakni pakai batik khas Kaltara. Kearifan lokal beliau sangat luar biasa,” ungkap Ainun Farida sebagai Owner Bultiya Farida Gallery kepada Media Relasi Ziyap, Kamis 25 Februari 2021.
Menurutnya, Gubernur Kaltara sangat peduli atas budaya lokal di Kaltara. Hanya saja dirinya tidak mengklaim batik yang dikerjakan menjadi satu-satunya batik di Kaltara. Tapi batik perpaduan corak Bulungan Tidung Dayak, disingkat Bultiya, merupakan bagian batik yang ada di Bumi Benuanta.
“Menyebut batik Kaltara bukan hanya batik Bultiya seperti yang saya punya ini. Tapi ada batik Malinau, batik KTT, batik Nunukan dan batik Tarakan. Walaupun batik Bultiya berada di Ibukota Provinsi, ini menjadi bagian batik Kaltara,” sebutnya.
Jika diminta untuk memenuhi pasar batik di Bulungan, perempuan yang duduk di kursi DPRD Kaltara ini pun menyanggupi.
Untuk corak sendiri memang menyuguhkan ciri khas 3 suku. Katanya bisa dipadu-padankan dalam 3 corak bisa juga masing-masing dalam satu corak.
“Kalau ada yang mau dipadukan dalam corak Bultiya, kita akan buatkan, bisa juga sendiri,” bebernya.
Untuk harga, memang dibanderol dengan harga variatif. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kesulitan motif dan jenis kain. Di mana pengerjaannya masih menggunakan cara tradisional berupa melukis, untuk bahan kainnya masih didatangkan dari Jawa.
“Ikon kita burung Enggang yang dipakai oleh pak Gubernur sekarang. Harga variatif untuk batik, dari metode cap harganya Rp 400 ribu dan metode printing itu Rp 200 ribu perlembar,” paparnya.
“Untuk mendapatkan batik Bultiya memang khusus corak kita bisa datang ke toko Bultiya Farida Gallery Jalan Salak Nomor 16,” tambahnya.
Secara historis, batik Bultiya sudah ada sebelum Provinsi Kaltara terbentuk, yakni tahun 2010, hanya saja batik khas Bulungan ini belum memiliki nama. Bultiya semakin naik pamor setelah diapresiasi oleh Bupati Bulungan Budiman Arifin kala itu di tahun 2012 ketika acara Birau.
“Atas besutan pak Budiman Arifin di tahun 2012 itu, beliau fokus betul dengan batik ini agar ditampilkan di acara Birau. Dari situlah lahir nama Bultiya karena memang belum punya nama,” jelasnya.
Bunda Ainun-sapaan akrabnya-menuturkan, batik Bultiya dapat dikenali karena warnanya yang terang, umumnya batik Kalimantan memang memiliki warna yang mencolok. Batik Bultiya identik dengan warna kuning kunyit untuk Bulungan, warna biru muda untuk Tidung dan warna cokelat tua untuk Dayak.
“Batik Kalimantan itu pasti ngejreng. Berbeda dengan batik dari Jawa terkesan kalem, kebanyakan warna tanah yakni coklat dan putih.
Secara detail, makna kuning di batik Bultiya itu dari bunga kunyit yang banyak dipakai oleh suku Bulungan. Biasanya pada keraton Bulungan dan rumah tua di Tanjung Palas itu memakai motif bunga kunyit.
“Kata tetua kita ini dipakai oleh Kesultanan Bulungan, kunyit sangat melekat dengan masyarakat. Saat mau menikah bedaknya kunyit, saat melahirkan jamunya pakai kunyit, anak lahir pusatnya diberikan kunyit dan obat-obatan kebanyakan dari kunyit,” ujarnya.
Dia menambahkan, tak hanya batik Bultiya saja yang ada di Bulungan, ada juga batik yang diproduksi oleh pengrajin lain. Di antaranya batik Dabuti, batik Gunung Putih dan batik Budiman. Untuk itu pihaknya meminta agar pemerintah memberikan perhatian lebih lagi terhadap karya lokal Bulungan.
“Kita minta OPD harus pakai yang batik variasi, yang jelas batik yang ada di Kaltara supaya terlihat kearifan lokalnya. Supaya tidak ada kecemburuan, dengan memakai batik semua daerah itu bisa hidupkan pengrajin kita,” pungkasnya. (*)
Sumber: Media Relasi Ziyap