KAYANTARA.COM, JAKARTA-Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki oleh Kaltara menjadi target pengembangan bisnis PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Perusahaan ternama di Tanah Air ini melirik sektor perikanan, perkebunan serta pertanian yang ada di Bumi Benuanta. Termasuk pengembangan sumber daya petani dan nelayan.
Ketertarikan tersebut disampaikan oleh petinggi Japfa Group kepada Gubernur Kaltara, Zainal Arifin Paliwang saat bertemu langsung di Jakarta, Kamis (18/3/2021).
Petinggi Japfa Group yang ditemui Gubernur Zainal itu adalah Ito Sumardi selaku Komisaris Japfa Group, Ardi Budiono sebagai Senior Vice President Head of Aquaculture Division, dan Riko S. Handoko selaku Chief Excecutive Officer Sampoerna Kayoe.
“Siang tadi kita ketemu dan berdisuksi ringan bersama para petinggi Japfa Group. Mereka tertarik dengan kekayaan alam yang dimiliki Kaltara. Seperti di bidang perikanan, pertambakan, pertanian, perkebunan dan lainnya,” kata Gubernur Zainal.
Zainal menegaskan kekayaan alam yang dimiliki Kaltara perlu dikelola dengan baik. “Itulah yang menjadi alasan mereka kenapa melirik Kaltara,” ujarnya.
Dari hasil diskusi yang berlangsung selama dua jam itu, kata Gubernur Zainal, rencananya akan ditindak lanjuti oleh manajemen Jafpa Group untuk berkunjung ke Kaltara. Kunjungan ini sekaligus mensurvei sektor-sektor SDA yang punya potensi lebih untuk dikembangkan.
“Mereka juga nantinya akan membantu SDM (sumber daya manusia) Kaltara dari berbagai sektor itu, baik dalam pengelolaannya maupun pemasarannya,” kata Gubernur Zainal.
“Mereka ini juga salah satu supplier benur perikanan seperti benur ikan dan udang di dalam negeri maupun luar negeri,” sambungnya.
Tak hanya itu, Jafpa Group khususnya pada divisi perikanan rencananya akan menjalin kerja sama dengan Universitas Borneo Tarakan (UBT) terkait peningkatan SDM.
Riko S. Handoko selaku Chief Excecutive Officer Sampoerna Kayoe saat dikonfirmasi mengatakan, pertemuan dengan Pemprov Kaltara hari ini merupakan tahap awal.
Selanjutnya akan dilakukan pertemuan kedua dalam waktu dekat sebelum melihat langsung potensi alam yang ada di Kaltara.
“Karena kita masih membutuhkan hal-hal lain sebagai data pendukung sebelum melihat secara langsung potensinya, khususnya industri kehutanan yang ada di Kaltara,” terang Riko. (sur)