KAYANTARA.COM, TANJUNG SELOR– Pelayanan kesehatan tradisional yang dijalankan Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) sejalan dengan program Pemerintah Pusat.
Dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan misi memanfaatkan dan mengembangkan tekhnik dan olah pikir. Serta pemanfaatan tumbuh-tumbuhan berkhasiat. Yakni melalui uji empiris untuk pengobatan dan menjaga stamina tubuh, khususnya selama masa pandemi Covid-19.
“Program ini selaras dengan kebijakan Gubernur Kaltara (Zainal A.Paliwang) yang mengutamakan kearifan lokal dalam berbagai sektor, termasuk sektor kesehatan,” kata Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kaltara, Dedy Prasetya Noor, dikutip siaran persnya, Rabu (24/3/2021).
Program tersebut, Dinkes Kaltara menggandeng pengusha lokal yang memanfaatkan tanaman khas Kalimantan untuk diolah menjadi jamu siap minum.
“Tidak perlu repot-repot lagi, mencari tumbuhan ke dalam hutan, mengupas, menjemur bahan, membersihkan dan memasak. Kita sudah siapkan semuanya,” ujarnya.
Terobosan produk jamu melalui binaan Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan Dinkes ini, kata Deddy, belum diberi nama.
Deddy menambahkan bahan jamu dari pengusaha lokal terbuat dari bahan dasar tumbuhan hutan yang telah diteliti oleh beberapa universitas ternama di Indonesia. Khususnya mengenai manfaat dan khasiatnya.
“Tumbuhan yang ada di sekitar kita sangat banyak macam dan kegunaannya, hanya saja masyarakat luas belum mengetahui cara pemanfaatannya serta khasiatnya.” ungkapnya.
Rencananya Dinkes Kaltara membangun Griya Sehat sebagai tempat pelayanan kesehatan alternatif yang bermutu dan sesuai standar dari Kemenkes RI.
Tak hanya itu, Dinkes Kaltara juga berencana membangun Sentra Pengembanan dan Penerapan Pengobatan Tradisional yang di dalamya merupakan pusat penelitian tentang pengobatan tradisional dan obat tradisional.
“Diharapkan akan muncul penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat Kaltara dan mahasiswa terkait teknik dan tanaman obat tradisional, khususnya obat khas Kaltara,” ujarnya.
Menurut Deddy, pemanfaatan tanaman obat tradisional dapat mengurangi angka kesakitan dengan menerapkan pengobatan yang bersumber dari tanaman obat yang telah dikenal minim efek samping ketimbang obat-obatan kimia.
Di sisi ekonomi, lanjut dia, masyarakat pelaku usaha petani lokal tanaman obat akan mendapatkan dampak peningkatan pendapatan perekonomiannya, dan pengguna konsumen akan dapat merasakan bahwa untuk mendapatkan kesehatan itu tidak semahal jika menggunakan jasa pengobatan konvensional.
“Harapannya melalui program kesehatan tradisional ini bisa mendatangkan para investor yang ingin menanamkan investasinya berupa Pabrik Jamu di Kaltara,” katanya.
“Sebagai informasi para pelaku usaha juga pada kesempatan ini menginginkan produk jamu mereka dengan kesediaan bapak gubernur jika berkenan dapat memberikan nama pada produk jamu “belum ada nama” ini secara simbolik nantinya,” tambah Deddy. (*/kt1)