KAYANTARA.COM, TARAKAN – Stok oksigen di RSUD Tarakan menipis. Hal ini disebabkan meningkatknya kasus Covid-19 di kota transit di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) tersebut.
Plt. Direktur Utama RSUD Tarakan, dr. Franky Sientoro mengatakan menipisnya stok tabung oksigen diakibatkan lonjakan pasien Covid-19 di Kota Tarakan yang kebanyakan mengalami gangguan sesak napas.
“Stok tabung di RSUD Tarakan terus menipis. Setiap harinya, RSUD Tarakan membutuhkan sekitar 100-300 tabung oksigen. Akan tetapi sekarang yang tersedia hanya sekirat 100-120 tabung oksigen yang berukuran kubik,” ungkapnya.
Meski begitu, Tarakan akan mendapatkan 200 tabung oksigen dari Kota Balikpapan yang diperkirakan akan tiba pada 30 Juli nanti.
“Semoga paling tidak kami dapat 100 tabung untuk membackup, walaupun kami membutuhkan tabung sekitar 200-300 tabung oksigen yang digunakan hampir semua untuk pasien Covid-19,” katanya.
Diketahui, kapasitas setiap tabung oksigen di RSUD Tarakan sebesar 6 kubik dan membutuhkan waktu pengisian kurang lebih 45 menit.
“Oksigennya saya bilang belum matang, artinya tidak bisa mengisi secara penuh, karena kalau diisi penuh membutuhkan waktu sekitar 45 menit, tapi kalau ditunggu oksigen yang ada di RSUD Tarakan tidak terpenuhi. Sehingga pengisian tabung oksigen hanya memakan waktu sekitar 20 hingga 25 menit saja. Itulah yang mengakibatkan pengisian oksigen tidak maksimal sebanyak 6 kubik,” jelas Frangky.
Pabrik pengisian tabung oksigen di rumah sakit milik Pemprov Kaltara itu beroperasi selama 24 jam dan hanya mampu mengisi sekitar 20 tabung.
Sehingga membutuhkan bantuan dari distributor oksigen. Hingga saat ini tabung oksigen di RSUD Tarakan tidak memiliki stok cadangan dan backup.
“Kita berdoa bersama agar tidak terjadi masalah pada saat pengisian, karena saya khawatir bila kebutuhan oksigen medis tidak terpenuhi maka akan berdampak fatal bagi penderita Covid-19 yang kondisi berat dan membutuhan oksigen.
Support utama kasus Covid-19 adalah oksigen karena Kebanyakan pasien Covid-19 menyerang saluran pernafasan,” ucapnya.
Sedangkan untuk backup obat-obatan dan alat pihak rumah sakit masih memiliki ketersediaan yang cukup untuk menangani pasien Covid-19.
“Untuk obatan-obatan dan alat kami masih memiliki ketersediaan yang artinya tidak dalam keadaan krisis dan memang saat ini yang dalam keadaan krisis itu adalah oksigen karna menjadi terapi utama dalam penanganan pasien Covid-19,” bebernya.
Tercatat hingga saat ini pengeluaran anggaran oksigen terus meningkat yang awalnya sekitar 100 hingga 150 juta per bulan, kini mencapai Rp2 milliar. (pri)