KAYANTARA.COM, TARAKAN – Sederet kejanggalan atas kaburnya warga binaan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kota Tarakan bernama Andi Arif alias Hendra beberapa waktu lalu mengundang perhatian banyak pihak.
Pasalnya, napi narkoba ini dikabarkan ditangkap oleh aparat Satbrimob Polda Kaltara lantaran diduga keluar Lapas tak sesuai prosedur, dan bahkan masih positif Narkoba setelah dites urine padahal sudah bertahun-tahun terkurung di Lapas.
Salah satunya datang dari Ketua Lembaga Nasional Pemantau dan Pemberdayaan Aset Negara provinsi Kalimantan Utara (LNPPAN Kaltara), Fajar Mentari.
Ia menilai ada kebocoran informasi dari ‘orang dalam’ bahwa Hendra akan dipindahkan ke Nusakambangan. Berangkat dari kebocoran itulah awal dari munculnya kericuhan massal di dalam Lapas.
Tak sampai di situ, FM (begitu sapaan akrabnya) menaruh rasa curiga atas kasus tertangkapnya Hendra, mulai dari tidak sinkronnya antara pengakuan awal Hendra dengan keterangan Kalapas yang dinilai janggal, hingga kerusuhan di Lapas yang juga dinilai telah diatur sedemikian rupa.
Atas bocornya informasi bahwa Hendra bakal dipindah ke Nusakambangan, warga binaan lainnya langsung bereaksi dan beraksi anarkis.
“Tidak menutup kemungkinan bahwa bisa jadi itu ‘settingan’. Dalam arti ada upaya penggagalan yang dilakukan oknum ‘orang dalam’ dengan mem-briefing mereka untuk berontak, supaya si Hendra batal dipindahkan,” sergah FM.
Dalam kasus ini, FM pun berharap agar kehadiran negara bisa membuktikan dengan tegas bahwa pemberotakan anarkis yang dilakukan oleh kawanan Hendra tidak dapat mengalahkan dan mengubah keputusan yang telah diatur oleh negara.
“Perberat hukumannya. Dengan peristiwa ini, justru hukum harus semakin menunjukkan ‘taringnya’, yakni Hendra tetap harus dipindahkan ke Nusakambangan, karena hal itu juga yang menjadi alasan loyalis Hendra mengamuk-ngamuk ala melawan hukum, agar mereka juga bisa tahu diri siapa mereka mau mengatur-ngatur hukum, kok mau di baliknya mereka yang ngatur!” tegas FM.
FM pun mengingatkan agar semua pihak tak main-main dengan hukum. “Aparat berwenang harus bertindak tegas dan keras, agar para penghuni gratis di Lapas tidak lagi kebanyakan tingkah, karena ini apalagi mereka jelas-jelas masih berstatus Napi, kok sesukanya menginjak-injak marwah hukum di republik ini. Aksi anarkis mereka ini ‘kan boleh dikata sama halnya dengan meludahi kemauan negara, kebrutalan mereka sama halnya dengan memperkosa hal-hal yang sudah diatur oleh negara.
“Jangan di balik, karena konyol bin kurang ajar jadinya kalau Napi sok jagoan mau mengatur negara dengan maksud dan tujuan yang negatif,” tegasnya lagi manambahkan.
Dijelaskannya, umumnya hampir semua Napi di Lapas itu sengaja menunjukkan kelakuan baiknya selama di penjara, bahkan yang masih belum tobat pun akan berusaha tampil baik meski dengan pura-pura berkelakuan baik, karena mereka berharap memperoleh remisi (pemotongan / pengurangan masa hukuman). Anehnya, malah sebaliknya yang terjadi adalah perbuatan yang disengaja melawan hukum yang bahkan digelar secara brutal dan dipamer-pamerkan.
Tak sampai di situ, FM juga menekankan agar semua sipir, Kalapas, Kepala KPLP dan khususnya loyalis Hendra juga harus dites urine guna memastikan bahwa mereka tak tersentuh jaringan dan tindakan Hendra. Demikian pun hukuman atas aksi anarkisnya, harus ditambah karena telah terbukti merusak fasilitas negara (sarana dan prasarana Lapas). Mereka telah melakukan upaya secara melawan hukum. Mereka jangan dimanja, harus mendapat hukuman tambahan sebagai bentuk pemberian efek jera supaya ke depan bisa menjadi edukasi ke mereka dan buat Napi yang lain.
“Untungnya mereka di dalam lapas, jadi yang sempat dirusaknya itu cuma fasilitas di dalam. Coba bayangkan kalau di luar. Jadi, jangan hanya melihat dari sisi nilai apa saja yang rusak,” terang FM.
“Logika sederhananya begini, kalau saya mempolisikan orang yang terbukti nyuri helm di halaman rumah saya, mungkin orang berpikir saya ini terlalu berlebihan. Tapi mereka lupa bahwa kebetulan di halaman rumah saya itu adanya cuma helm, sehingga mereka tidak mikir bagaimana jika seandainya uang sekoper yang ada di halaman rumah saya, maka uangnya bisa hilang dicuri sama koper-kopernya, yang tentu dia bisa beli helm yang lebih banyak, lebih bagus, dan uangnya masih ada sisa,” imbuh FM menganalogikan.
Lebih jauh, menurut FM, Hendra bukan orang sembarangan, sebab hanya orang royal yang punya orang loyal sebanyak ratusan itu, yang konon kabarnya capai hingga 800 orang turut meramaikan pemberontakan anarkis di Lapas demi memperjuangkan Hendra agar tak dipindahkan ke Nusakambangan.
“Seistimewa apa sih si Hendra ini di Lapas yang sampai-sampai punya loyalis ratusan yang terbukti siap bahkan telah melawan hukum hanya demi seorang Hendra,” tanyanya curiga.
Dikatakan FM lebih lanjut, dirinya tak menampik bahwa gembong narkoba selalu identik dengan kekayaan. Melihat hal ini, kata dia, bukan tidak mungkin kekayaan Hendra mampu membuat orang di sekitarnya nyaman dan terbantu. Dengan begitu, tidak heran, menjadi wajar apabila orang-orang yang berada di sekitar Hendra melakukan pemberontakan karena menolak jika Hendra dipindahkan. Bahkan, kata FM, sekelas Kepala KPLP dan Kalapas Kelas IIA Kota Tarakan juga patut dicurigai karena dengan mudahnya memberikan ruang keluar-masuknya Hendra di Lapas.
“Jangankan Bandarnya, pengerdarnya saja itu ‘kan identik banyak duit ya, jadi kekayaan Kalapas dan Kepala KPLP sebaiknya penting untuk diaudit, coba dicek rekening korannya, karena dengan peristiwa ini, maka patut diduga ada yang janggal. Kita jangan menutup kemungkinan atas segala dugaan suap. Toh sudah bukan rahasia umum lagi, banyak kasus yang sudah-sudah bisa menjadi contoh bukti, pengalaman, pembelajaran, dan indikator,” terang FM.
PENGARUH NARKOBA MELUMPUHKAN MASA DEPAN GENERASI PENERUS BANGSA
FM juga menilai petugas Lapas kelas IIA ini telah gagal melakukan pembinaan warganya. Buktinya Hendra belum jera dan sadar atas perbuatan pelanggaran masa lalunya. Hendra, lanjut FM, masih kedapatan sebagai addict narkotika. Tidak hanya itu, bahkan ratusan warga binaan Lapas telah melakukan aksi anarkis yang menggambarkan kegagalan Lapas dalam pembinaannya.
Menurut FM banyak hal yang perlu ditelisik dan dipertanyakan, “Seorang addict narkotika memang agak sulit pemulihannya. Makanya patut diduga bahwa izin alasan Hendra untuk berobat itu untuk mengobati rasa sakaunya terhadap narkotika. Pertanyaan yang muncul kemudian, dari mana Hendra mendapatkan narkotika tersebut? Hal ini juga harus diselidiki oleh aparat berwenang,” jelasnya dalam tanya.
Di samping itu, keteledoran oleh pihak Lapas, curiga FM lagi, ini mungkin sudah acap terjadi, cuma kebetulan baru ketahuan. “Coba cek CCTV sudah berapa kali Hendra keluar-masuk Lapas, siapa dan kendaraan apa yang digunakan untuk penjemputannya, dan siapa saja yang keluar-masuk Lapas selain Hendra?” tanya FM melanjutkan.
Lanjutnya lagi, selain Hendra, terbukti sudah berapa banyak kasus permainan penyalahgunaan Narkoba di Lapas Kelas IIA Kota Tarakan. “Jadi tidak usah ada dusta di antara kita, dan jangan bilang kalau masyarakat kita kurang jauh mainnya, karena jejak digitalnya masih bisa ditemukan dengan mudah kok,” ucapnya dengan nada ketus.
Untuk itulah, menurut FM, Hendra memang sebaiknya dan seharusnya dipindah ke Nusakambangan. Sebab selain untuk memberikan efek jera, rekam jejaknya juga telah memberikan informasi kepada kita untuk lebih baik mencegah daripada mengobati. Keberadaannya sangat rawan jika Ia tetap dipertahankan di sini.
“Karena laju peredaran Narkoba akhir-akhir ini semakin marak menjamur. Peredaran Narkoba merupakan masalah serius karena salah satu bentuk penjajahan terhadap generasi muda. Narkoba adalah jenis penjajah yang terorganisir, proses penindasannya dengan pola yang sistematis, masif dan terstruktur,” tutur FM.
Tuturnya lagi, fenomena Narkoba merupakan fenomena yang multidimensi, berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan mulai dari kesehatan, hukum, sosial dan ekonomi. Narkoba merupakan salah satu faktor yang dapat mengancam ketahanan nasional, sebab dalam perkembangannya penyalahgunaan Narkoba oleh generasi muda dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.
Dituturkan FM lebih lanjut, maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan kehidupan bangsa ini di kemudian hari. Ada ancaman yang sungguh serius dan dapat mengakibatkan hilangnya satu generasi, karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus dan pemimpin bangsa, dimana Ia semakin hari semakin rapuh lantaran digerogoti oleh zat adiktif penghancur saraf otak ini. Narkoba adalah zat pemangsa, racun pembunuh, virus mematikan yang telah dipersiapkan untuk melumpuhkan masa depan bangsa.
“Permasalahan Narkoba sangat urgen dan kompleks. Narkoba telah merusak generasi muda sebagai pelaksana masa depan bangsa dan negara tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun tingkat pendidikan. Ancaman penyalahgunaan Narkoba di kalangan muda merupakan hal yang sangat serius untuk ditanggapi darurat,” ujar FM.
Hal ini akan berdampak sangat penting untuk lost generation (suatu generasi) di masa depan. Oleh karenanya, imbuh FM, upaya pencegahan harus benar-benar disikapi serius dan diprioritaskan.
“Narkoba yang tidak sekedar merusak generasi muda, juga menjadi lahan black market (bisnis terlarang) yang bisa menghancurkan tatanan kehidupan masyarakat,” imbuhnya lagi.
Dikatakan juga oleh FM, bahwa Pengaruh Narkoba dapat menimbulkan adiksi (ketergantungan fisik dan psikologis). Narkoba sangat merusak perilaku serta moral anak bangsa dan bisa merenggut masa depan generasi bangsa ini.
“Narkoba adalah salah satu musuh terbesar bangsa dan negara kita. Bahkan Narkoba telah menjadi musuh bersama bangsa-bangsa di dunia, karena dampaknya yang sangat merusak generasi muda. Kita harus siaga satu menggalakkan sikap antisipasi dampak Narkoba yang bersifat merusak dan mematikan mental, jiwa, dan raga,” sambungnya menjelaskan.
Narkoba, menurut FM, dapat merusak sistem syaraf, sehingga seseorang tidak dapat berpikir jernih. “Narkoba bisa mengobrak-abrik nalar yang cerah, merusak jiwa dan raga. Tak pelak bisa mengancam hari depan umat manusia, merusak sendi-sendi kehidupan dan generasi muda. Efeknya bisa membunuh siapa saja secara perlahan-lahan,” pungkas FM di akhir wawancaranya. (kt2)