Berkah Idulfitri, Pedagang Kue Kering di Tana Tidung Raup Omzet hingga Jutaan

Tampak kue kering untuk kebutuhan Lebaran yang dijajakan oleh pedagang di Tana Tidung. Foto: Riko Ismanto/Kayantara.com

KAYANTARA.COM, TIDENG PALE – Tak lengkap rasanya jika di hari raya Idulitri tidak ditemani dengan kue kering. Ya, lebaran Idulfitri 1444 hijriah/2023 masehi yang tinggal beberapa hari lagi, menjadi momentum bagi para pedagang, khususnya yang menjajakan kue kering untuk kebutuhan Lebaran nanti.

Di Tideng Pale misalnya. Dari pantauan Kayantara.com, selama dua pekan terakhir hampir semua toko dan warung sudah tampak menjamur menjual kue kering.

Seperti yang terlihat di bilangan Jalan Jenderal Sudirman, Desa Tideng Pale, Kecamatan Sesayap, Kabupaten Tana Tidung, yang menjajakan berbagai macam kue kering.

Tentu ini menjadi berkah tersendiri bagi pedagang terhadap tingginya animo warga menyambut hari raya Idulfitri, hingga bisa menghasilkan omzet jutaan rupiah.

Hj. Erni misalnya. Pedagang kue kering di Jalan Jenderal Sudirman ini mengaku telah meraup keuntungan hingga Rp1,5 juta dalam berapa hari terakhir. Terutama sejak 10 hari terakhir bulan Ramadan.

“Biasanya puncaknya itu seminggu sebelum lebaran, karena orang-orang kan sudah pada libur kerja. Nah, mereka mulai membeli kue-kue buat Lebaran karena KTT ini mayoritas PNS makanya para pedagang hanya mengharap mereka,” katanya, Sabtu (15/4).

Jenis kue kering yang ia jual pun tak berbeda dengan pedagang lainnya. Seperti kue nastar, kanji, kuku beruang, kue kacang, kue satu hingga beberapa jenis kue kering lainnya.

Mengenasi harga, sebut Emi, tergantung jenis kuenya. Namun rerata dipatok seharga Rp85 ribu per toples. Selain menjual per toples, dirinya juga menjuga kue kering per kiloan, yang dibanderol mulai dari Rp100 ribu hingga R150 ribu per kg.

Meski begitu, dibandingkan tahun lalu, pendapatannya tahun ini belum maksimal. Mengingat saat ini sudah banyak pedagang kue kering yang menjamur di Tideng Pale. “Kalau tahun- tahun lalu, biasaya bisa dapat sampai Rp2-3 juta,” ungkapnya.

Diakuinya, jika mendekati lebaran ia bisa menjual kue kering mencapai penjualan hingga tiga ratus toples.

Penjualan kue keringnya ini pun tidak hanya di wilayah KTT, namun juga melalui media sosial. Seperti facebook.

Jenis kue kering yang ia produksi juga bisa bertahan hingga satu bulan bahkan lebih. Dan tentunya bebas pengawet dan bahan kimia lainnya semua serba manual dan diproduksi sendiri.

“Sampai saat ini kebanyakan menerima pemesanan yang toples. Karena banyak yang mau bagi bagi ke saudara saudaranya lebih mudah, ataupun dikemas dalam parcel jadi kue keringnya sudah saya kemas ke dalam toples,” jelasnya.

Erni (39) salah satu pembeli mengatakan, hampir setiap tahun membeli kue kering karena tak sempat untuk membuat, sehingga ia pun hanya bisa membeli.

“Saya kan kerja, jadi sudah tidak punya waktu lagi untuk buat sendiri. Jadi setiap tahun saya selalu beli aja,”katanya.

Pembeli lainya, Yeyen (38) juga mengatakan hal yang sama. Ia lebih memilih membeli kue kering jadi dari pada harus membuat sendiri karena terlalu repot. “Buat sendiri cape lagi, belum ngurus rumah dan lainya. Jadi mending beli aja kalaupun harus buat paling buat es buah dan buras aja pas hari H lebaran,” pungkasnya. (rk)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here