KAYANTARA.COM, TARAKAN – Harga udang windu di Kota Tarakan Kalimantan Utara (Kaltara) selama tiga tahun terakhir tak pernah beranjak naik. Bahkan terjadi di tahun 2020 ini yang cukup berlangsung lama dengan kondisi harga udang turun drastis.
Ketua Koalisi Partai Tim Pemenangan calon gubernur dan wakil gubernur Kaltara Kota Tarakan, Zainal A Paliwang-Yansen TP (ZIYAP) Ir Yancong menyebutkan, untuk size 20 misalnya, jika sebelumnya dikenakan harga Rp180 ribu kini turun menjadi 120 ribu. Atau terjadi penurunan sebesar Rp60 ribu per kilogram (kg).
Penurunan harga tersebut menjadi keluhan semua pelaku usaha tambak yang berdomisili di Tarakan. “Selama tiga tahun tidak pernah naik, turun terus secara bertahap. Tapi kali ini cukup signifikan. Sehingga masalah ini menjadi pertanyaan teman-teman petambak,” katanya, belum lama ini.
Nah, dalam momentum tahun politik atau Pilgub Kaltara 2020, Yancong mengatakan, pihaknya akan membuat komitmen bersama paslon ZIYAP dalam menuntaskan persoalan tersebut.
“Mudah-mudahan masalah ini bisa kami buatkan sebuah komitemen bersama ZIYAP dengan petambak di Tarakan khususnya, dan Kaltara pada umumnya,” katanya kepada ujarnya.
Tak hanya masalah udang windu, lanjut anggota DPRD Kaltara dapil Tarakan ini, persoalan perikanan lainnya seperti ikan bandeng, kepiting juga menjadi sorotannya untuk lebih diperhatikan lagi oleh Pemprov Kaltara ketika paslon ZIYAP dipercaya memimpin Kaltara kelak.
“Potensi perikanan di Kaltara ini cukup besar, jika digali lebih dalam lagi dengan perhatian lebih dari pemerintah, insyaAllah setiap masalah yang timbul dipastikan ditemukan titik temunya, solusin untuk kesejahteraan nelayan tambak dan pendapatan PAD Kaltara,” bebernya.
Dia meyakini perhatian pemerintah terhadap persoalan perikanan dan kelautan di Kaltara melalui kepemimpinan ZIYAP dapat diwujudkan bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Karena Menteri Perikanan saat ini adalah politisi Partai Gerindra, dimana partai ini salah satu partai pengusung gubernur dan wakil gubernur Zainal-Yansen,” tuturnya.
Adapun beberapa poin yang dicanangkan bersama paslon ZIYAP, diantaranya terkait harga udang windu dan pengadaan bibit atau benur agar terciptanya kondisi yang balance. “Komitemen ini akan kita sebarkan kepada petambak. Kami yakin insyaAllah akan terealisasi,” ucapnya.
BKIPM Tarakan Sebut Biaya Komisinya Rp80 Ribu
Diberitakan sebelumnya, Kepala Balai Karantina Ikan dan Penjaminan Mutu (BKIPM) Tarakan Umar mengatakan, pada semester pertama tahun 2020, permintaan ekspor udang windu tak mempengaruhi harga yang diberlakukan oleh pihak perusahaan cold storage kepada petani tambak.
“Karena produksinya sangat fluktuatif, dan untuk permintaannya tidak pernah turun, justru ada kenaikan sekitar 10 persen, tapi tidak sampai 20 persen,” katanya kepada Kayantara.com, belum lama ini.
Sehingga, ia menilai, asumsi yang mengatakan bahwa anjloknya harga udang windu disebabkan permintaan berkurang tidak tepat.
“Karena data kita menunjukkan tidak ada permintaan yang menurun secara signfikan, semuanya berjalan seperti biasa baik sebelum maupun saat Covid-19 saat ini, seperti permintaan dari negara tujuan Jepang dan eropa,” ujarnya.
Lantas apa yang menyebabkan harga udang windu turun separuh dari harga sebelumnya? “Saya melihatnya bahwa ada informasi yang tidak nyambung dan kurang transparansi, sehingga terjadi miss antara perusahaan cold stroge dengan petani tambak,” jawabnya kepada media ini.
Dia menegaskan, misalnya udang windu dengan size 20 yang saat ini dipatok seharga Rp80 dari 160 ribu per kilogram harga sebelumnya, disebabkan persoalan nilai potongan komisi yang diberlakukan oleh pihak pelaku usaha perikanan yang terlibat di dalamnya.
“Petani tambak mengatakan harganya turun menjadi Rp80 ribu untuk size 20, tapi sebaliknya pihak cold stroge tidak ada penurunan, atau harganya tetap Rp160 ribu. Ternyata masalahnya di komisi,” ungkapny
“Soal komisi ini sebenarnya tidak masalah, tapi jangan juga sampai segitu angkanya, seperduanya dari harga sebelumnya. Di Indonesia masalah seperti ini hanya terjadi di Kaltara,” beber Umar menambahkan.
Dia menyebutkan, yang menyebabkan harga udang windu menjadi Rp80 ribu dikarenakan ada biaya pemotongan komisi sebesar Rp80 ribu dari 160 ribu per kilogram.
“Sebenarnya harganya tetap Rp160 ribu, tapi dipotong komisinya Rp80 ribu, maka sisanya menjadi Rp80 ribu, nah sisanya inilah yang dijadikan harga jual ke petani tambak Timbulnya komisi tersebut juga dikarenakan peranan besar si pengepul yang sejak awal bersedia meminjamkan bibit kepada petani tambak, bahkan hingga membantu merawatnya hingga panen dan siap dipasarkan. (sur)