Oleh: Syamsi Sarman
KAYANTARA.COM, TARAKAN – Jika selama ini kita selalu mendengarkan penjelasan puasa dengan tujuan “la’allakum tattaqun” (agar kamu bertaqwa) QS. Al Baqarah 183.
Maka mari sekarang kita simak redaksi yang lain dalam ayat selanjutnya yakni “la’allakum tasykurun” (agar kamu bersyukur) QS Al Baqarah 185.
Di tengahnya ada ayat 184 yang menjelaskan ketentuan bagi orang yang berpuasa yaitu bagi yang sakit, dalam perjalanan dan orang yang berat menjalaninya karena uzur syar’i.
Tiga kelompok ini bukan berarti boleh meninggalkan puasa atau dibebaskan dari kewajiban puasa. Mereka hanya diperintahkan untuk menggantikannya pada hari lain di luar Ramadan atau menggantinya dengan membayar fidyah.
Artinya bahwa kewajiban puasa itu tetap melekat padanya dan harus dilakukan pada kesempatan lain di luar bulan Ramadan. Jumlah hari penggantinyapun sama dengan jumlah hari yang ditinggalkan. Tidak ada diskon atau keringanan pemotongan. Berbeda dengan sholat bagi orang yang safar atau dalam perjalanan.
Boleh dikerjakan dengan pemotongan jumlah rakaat. Dzuhur, Ashar dan Isya yang seharusnya 4 rakaat hanya dikerjakan 2 rakaat. Sekalipun nanti yang bersangkutan sudah kembali ke rumahnya (kembali dari safar) tidak ada lagi kewajiban menambah rakaat yang sebelumnya dikurangi.
Maka bisa dipahami betapa pentingnya puasa itu sehingga tetap wajib dilaksanakan dan tidak ada keringanan untuk dikurangi apalagi dihapuskan.
Terhadap mereka yang uzur sehingga tidak dapat melaksanakan puasa sama sekali, baik di bulan Ramadan maupun setelahnya, tidak lantas bebas begitu saja melainkan wajib membayar fidyah yakni memberikan makan fakir miskin dengan kadar dan jumlah sesuai hari yang ditinggalkan.
Segitunya Allah ingin sekali hamba-hambanya menunaikan puasa itu. Lantas apa kaitannya puasa itu dengan bersyukur ?
Kalau saja kita mau introspeksi, betapa banyaknya dosa dan kesalahan yang sudah kita buat sebelas bulan yang lalu. Jauh tak sebanding dengan amal sholeh dan pahala ibadah yang kita punya. Sehingga jika diperhitungkan rasanya kecil harapan bisa masuk syurga.
Tapi, dengan datangnya Ramadan peluang masuk syurga itu terbuka luas. Belum berpuasa saja, baru muncul kegembiraan hati menyambut datangnya bulan Ramadan, Allah sudah menghapuskan dosa-dosa kita terdahulu.
Kesalahan-kesalahan kita diampuni, dibersihkan hingga kita diibaratkan seperti bayi fitrah yang baru dilahirkan. Dengan puasa itu juga Allah membuka peluang seluas-luasnya untuk beramal sholeh yang setiap amalnya diberi ganjaran pahala puluhan kali lipat.
Sehingga kita bisa menumpuk banyak pahala sebagai bekal menghadap Allah SWT nanti. Bahkan Allah memfasilitasi dan memudahkan segala urusan untuk mencapainya. Pintu syurga dibuka, pintu neraka ditutup dan si penggagu syetan laknatullah diikat.
Maka betapa bersyukurnya kita yang dipertemukan Allah dengan Ramadan. Itulah sebabnya para sahabat Rasulullah dulu berdoa sejak 6 bulan menjelang Ramadan agar mereka bisa bertemu dengan Ramadan. Wallahua’lam. (bersambung).