RASULULLAH pernah bersabda,” Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. ” Ini bukan hadits yang baru didengar dan bukan juga hadits yang baru dipopulerkan.
Hampir setiap kita sudah berulang kali pernah mendengar hadits ini. Maknanyapun sangat mudah dipahami. Dari pemimpin tertinggi sebagai kepala negara sampai tingkat RT dan sebagai pemimpin di rumah tangga.
Hanya saja implementasinya yang seringkali belum terasa. Sehingga beratnya tanggungjawab sebagai pemimpin itupun tidak mampu kita hayati. Nah, ternyata, pandemi covid-19 ini telah menyadarkan kita bahwa diri kita ini adalah pemimpin.
Wabah corona yang memaksa kita harus sholat di rumah bersama keluarga telah menyadarkan kita, betapa berat tanggungjawab seorang pemimpin. Terkpaksa atau tidak, sekarang ini banyak kepala keluarga alias suami alias ayah sadar bahwa dia harus jadi imam, mau apa lagi.
Tidak mungkin isteri yang jadi imam atau anak yang belum ngerti apa-apa disorong jadi imam. Kalau hanya imam sholat Dzuhur dan Ashar tidak ada masalah. Imam sholat maghrib dan isya sudah terasa masalahnya, dan ketika imam sholat tarawih terasa sekali masalahnya.
Terutama dalam hal bacaan dan koleksi surah Al Qur’an. Apakah lantas tidak sholat berjamaah ? Bagaimana nanti anak-anak ketika tidak dibimbing sholatnya, jangan-jangan mereka malah tidak sholat sama sekali. Sungguh dilematis sekali keadaan ini.
Subhanallah, inilah cara Allah menyadarkan hamba-hamba-Nya. Inilah cara Allah memberikan rasa kepada kita tentang besarnya tanggungjawab seorang pemimpin. Bagi orang yang kemudian sadar, maka ia akan memperbaiki kekurangannya selama ini dengan belajar dan belajar lagi.
Dia akan meningkatkan kompetensi dirinya agar layak menjadi imam bagi keluarganya. Dia akan termotivasi untuk tampil menjadi imam yang dibanggakan oleh istri dan anak-anaknya. Bahkan secara diam-diam ia akan berdoa mudah-mudahan anak-nakanya kelak bisa menjadi lebih baik dibanding dirinya. (*)
(Al Hikmah by Syamsi Sarman)