Virus Corona Diketahui Menyerang Pembuluh Darah, Bisa Sebabkan Stroke Pada Kalangan Muda

AFP/Lizabeth Menzies
Morfologi virus korona

KAYANTARA.COM- Selama ini orang- orang mengira virus corona tipe SARS- CoV- 2 yang mengakibatkan Covid- 19 cuma melanda paru- paru.

Sementara itu tidak hanya paru- paru, virus ini pula dapat melanda ginjal, jantung, serta otak.

Tetapi, belum lama ini sebagian negeri memberi tahu permasalahan Covid- 19 melanda pembuluh darah pengidapnya.

Akibat peradangan virus corona tersebut dapat menimbulkan stroke, penggumpalan darah, hingga pendarahan berat.

Virus corona serbu pembuluh darah besar

Dilaporkan Forbes( 27/ 4/ 2020), dari penemuan beberapa permasalahan Covid- 19 pada orang berusia muda di AS, virus corona tidak menyasar seluruh pembuluh darah.

Cuma pembuluh darah berdimensi besar yang berfungsi vital di otak.

Sebagian pembuluh darah tersebut bermanfaat buat mengatur pergerakan anggota badan, berpikir, apalagi bernapas.

Sementara itu, pada saat penyumbatan pembuluh darah di otak berlangsung dalam skala besar( dalam kedokteran diucap oklusi pembuluh besar), akibatnya dapat mengganti hidup seorang sebab permanen.

Sebagai informasi, stroke yang menyasar pembuluh darah besar di otak tidak lumrah melanda orang di dasar umur 50 tahun. Rata- rata, penyakit ini diidap penderita berusia 74 tahun.

Stroke rentan sasar penderita Covid- 19 di dasar 50 tahun

Riset yang diterbitkan di New England Journal of Medicine( 29/ 4/ 2020), pakar dari Rumah sakit Mount Sinai di AS, melaporan keadaan 5 penderita Covid- 19 yang hadapi stroke pembuluh darah besar.

Bagi laporan, penderita Covid- 19 tersebut stroke lebih dari 2 minggu. Seluruh penderita berumur di dasar 50 tahun. Ialah 33 tahun, 37 tahun, 39 tahun, 44 tahun, serta 49 tahun.

Dari 5 penderita itu, satu penderita wafat dunia, satu penderita masih dirawat di Rumah sakit, satu penderita sembuh serta menempuh rawat jalur di rumah, 2 penderita masih menempuh rehabilitasi kedokteran.

Perihal yang butuh dikenal, kelima penderita Covid- 19 tersebut cuma mempunyai indikasi ringan peradangan virus corona ataupun masuk jenis orang tanpa indikasi( OTG).

Studi yang dijalankan pakar bedah saraf Dokter. Thomas Oxley tersebut menggarisbawahi, akibat virus corona yang cenderung menyasar pembuluh darah besar daripada yang kecil.

“ Virus corona tanpaknya cenderung menutup pembuluh darah( arteri) besar, sehingga menimbulkan stroke berat,” jelas Oxley, semacam dikutip Washington Post.

Bagi Oxley, stroke berat pada penderita peradangan corona mungkin dipicu peradangan pada bilik pembuluh darah.

Keadaan tersebut menimbulkan terjadinya gumpalan darah biang stroke.

Oxley menjabarkan, indikasi yang dirasakan penderita Covid- 19 berumur 33 tahun yang dia tangani tadinya dalam keadaan sehat.

Tetapi, perempuan tersebut batuk serta sakit kepala sepanjang satu minggu.

Selang 28 jam, penderita tersebut mulai merasakan omongannya tidak jelas, mati rasa, serta sisi sebelah kiri badannya lemah.

Pengalaman sejenis dirasakan penderita berumur 44 tahun. Ia sekilas tidak menampilkan indikasi khas Covid- 19. Ia pula tidak minum obat serta tidak mempunyai riwayat penyakit kronis.

Penderita tersebut apalagi merasa baik- baik saja sebab cuma tinggal di rumah sepanjang pandemi virus corona.

Tidak lama berselang, seketika ia merasa kesusahan bicara serta menggerakkan sisi kanan badannya. Dari hasil pemindaian otak, ada penyumbatan di sisi kiri kepalanya.

Penemuan lain Covid- 19 dengan penyakit pembuluh darah

Tidak cuma di AS, Belanda pula memberi tahu terdapatnya kenaikan resiko penyumbatan pembuluh darah pada penderita Covid- 19 muda.

Di negeri setempat ada 184 penderita Covid- 19 dalam keadaan kritis serta pneumonia yang hadapi komplikasi penggumpalan darah( trombotik).

Bagi laporan, dari 31 persen komplikasi trombotik tersebut hadapi penyumbatan pembuluh darah akibat penggumpalan darah( emboli) di paru, vena bagian dalam, stroke, hingga serbuan jantung.

Bintang Broadway Nick Cordera, pula hadapi komplikasi trombotik akibat Covid- 19.

Penyumbatan darah terjalin di salah satu bagian kakinya. Dampaknya, jaringan organ tersebut rusak serta sebelah kakinya diamputasi.

“ Yang jadi pemicu utama stroke pada penderita Covid- 19 muda merupakan emboli di otak,” jelas Andrew Rogove Meter. D., PhD, pakar stroke dari Southside Hospital Northwell Health AS.

Bagi Rogove, banyak penderita yang terinfeksi virus corona darahnya jadi mengental. Keadaan tersebut rentan menimbulkan terjadinya gumpalan darah biang stroke dll.

“ Stroke yang dirasakan penderita Covid- 19 muda ini mempengaruhi pembuluh darah besar di otak. Akibatnya dapat kendala motorik, sensorik, sulit bicara, hilangnya penglihatan, serta kendala penyeimbang,” kata Rogove.

Resiko stroke dikala pandemi corona dapat fatal

Di tengah pandemi corona yang mudah meluas serta belum ditemui pencegahannya, mencuat permasalahan baru untuk orang dengan indikasi stroke.

Beberapa penderita yang hadapi indikasi stroke semacam lemah ataupun lunglai, kesusahan bicara, pusing, ataupun mati rasa enggan lekas berobat ke rumah sakit.

Mereka khawatir berisiko tertular virus corona apabila wajib dirawat di rumah sakit. Hendak namun, opsi tersebut memiliki imbas, penindakan stroke jadi terlambat.

Keterlambatan buat mencari perawatan stroke dapat beresiko.

Risikonya penderita dapat hadapi kelumpuhan, kehabisan keahlian berpikir ataupun berdialog, hingga wafat dunia.

Dari permasalahan yang ditangani Dokter. Thomas Oxley, 2 dari 5 penderita Covid- 19 dengan komplikasi stroke terlambat memperoleh dorongan kedokteran.

Sementara itu, penderita stroke pada pembuluh darah besar biasanya dapat diselamatkan apabila gumpalan darah ataupun pembekuan darah lekas ditangani dalam rentang waktu 6 jam hingga 24 jam sehabis serbuan stroke.(*)

nyerang paru-paru.

Padahal selain paru-paru, virus ini juga bisa menyerang ginjal, jantung, dan otak.

Namun, belakangan ini beberapa negara melaporkan kasus Covid-19 menyerang pembuluh darah penderitanya.

Dampak infeksi virus corona tersebut bisa menyebabkan stroke, penggumpalan darah, sampai pendarahan berat.

Virus corona serang pembuluh darah besar
Dilaporkan Forbes (27/4/2020), dari temuan sejumlah kasus Covid-19 pada orang dewasa muda di AS, virus corona tidak menyasar semua pembuluh darah.

Hanya pembuluh darah berukuran besar yang berperan vital di otak.

Beberapa pembuluh darah tersebut berguna untuk mengendalikan pergerakan anggota tubuh, berpikir, bahkan bernapas.

Padahal, ketika penyumbatan pembuluh darah di otak terjadi dalam skala besar (dalam medis disebut oklusi pembuluh besar), dampaknya bisa mengubah hidup seseorang karena permanen.

Sebagai informasi, stroke yang menyasar pembuluh darah besar di otak tak lazim menyerang orang di bawah usia 50 tahun. Rata-rata, penyakit ini diidap pasien berumur 74 tahun. 

Stroke rentan sasar pasien Covid-19 di bawah 50 tahun
Studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine (29/4/2020), ahli dari RS Mount Sinai di AS, melaporan kondisi lima pasien Covid-19 yang mengalami stroke pembuluh darah besar.

Menurut laporan, pasien Covid-19 tersebut stroke lebih dari dua minggu. Semua pasien berusia di bawah 50 tahun. Yakni 33 tahun, 37 tahun, 39 tahun, 44 tahun, dan 49 tahun.

Dari lima pasien itu, satu pasien meninggal dunia, satu pasien masih dirawat di RS, satu pasien sembuh dan menjalani rawat jalan di rumah, dua pasien masih menjalani rehabilitasi medis.

Hal yang perlu diketahui, kelima pasien Covid-19 tersebut hanya memiliki gejala ringan infeksi virus corona atau masuk kategori orang tanpa gejala (OTG).

Riset yang dijalankan ahli bedah saraf Dr. Thomas Oxley tersebut menggarisbawahi, dampak virus corona yang cenderung menyasar pembuluh darah besar daripada yang kecil.

“Virus corona tanpaknya cenderung menyumbat pembuluh darah (arteri) besar, sehingga menyebabkan stroke berat,” jelas Oxley, seperti dilansir Washington Post.

Menurut Oxley, stroke berat pada pasien infeksi corona kemungkinan dipicu peradangan pada dinding pembuluh darah.

Kondisi tersebut menyebabkan terbentuknya gumpalan darah biang stroke.

Oxley menjabarkan, gejala yang dialami pasien Covid-19 berusia 33 tahun yang ia tangani sebelumnya dalam kondisi sehat.

Namun, wanita tersebut batuk dan sakit kepala selama satu minggu.

Selang 28 jam, pasien tersebut mulai merasakan omongannya tidak jelas, mati rasa, dan sisi sebelah kiri tubuhnya lemah.

Pengalaman sejenis dialami pasien berusia 44 tahun. Dia sekilas tidak menunjukkan gejala khas Covid-19. Dia juga tidak minum obat dan tidak memiliki riwayat penyakit kronis. 

Pasien tersebut bahkan merasa baik-baik saja karena hanya tinggal di rumah selama pandemi virus corona.

Tak lama berselang, tiba-tiba dia merasa kesulitan bicara dan menggerakkan sisi kanan tubuhnya. Dari hasil pemindaian otak, terdapat penyumbatan di sisi kiri kepalanya. 

Temuan lain Covid-19 dengan penyakit pembuluh darah
Tak hanya di AS, Belanda juga melaporkan adanya peningkatan risiko penyumbatan pembuluh darah pada pasien Covid-19 muda.

Di negara setempat terdapat 184 pasien Covid-19 dalam kondisi kritis dan pneumonia yang mengalami komplikasi penggumpalan darah (trombotik).

Menurut laporan, dari 31 persen komplikasi trombotik tersebut mengalami penyumbatan pembuluh darah akibat penggumpalan darah (emboli) di paru, vena bagian dalam, stroke, sampai serangan jantung.

Bintang Broadway Nick Cordera, juga mengalami komplikasi trombotik akibat Covid-19.

Penyumbatan darah terjadi di salah satu bagian kakinya. Akibatnya, jaringan organ tersebut rusak dan sebelah kakinya diamputasi.

“Yang menjadi penyebab utama stroke pada pasien Covid-19 muda adalah emboli di otak,” jelas Andrew Rogove M.D., PhD, ahli stroke dari Southside Hospital Northwell Health AS.

Menurut Rogove, banyak pasien yang terinfeksi virus corona darahnya jadi mengental. Kondisi tersebut rentan menyebabkan terbentuknya gumpalan darah biang stroke dll.

“Stroke yang dialami pasien Covid-19 muda ini memengaruhi pembuluh darah besar di otak. Dampaknya bisa gangguan motorik, sensorik, susah bicara, hilangnya penglihatan, dan gangguan keseimbangan,” kata Rogove.

Risiko stroke saat pandemi corona bisa fatal
Di tengah pandemi corona yang gampang menular dan belum ditemukan pencegahannya, timbul masalah baru bagi orang dengan gejala stroke.

Sejumlah pasien yang mengalami gejala stroke seperti lemah atau lunglai, kesulitan bicara, pusing, atau mati rasa enggan segera berobat ke rumah sakit.

Mereka takut berisiko tertular virus corona apabila harus dirawat di rumah sakit. Akan tetapi, pilihan tersebut punya imbas, penanganan stroke jadi terlambat.

Keterlambatan untuk mencari perawatan stroke bisa berbahaya.

Risikonya pasien bisa mengalami kelumpuhan, kehilangan kemampuan berpikir atau berbicara, sampai meninggal dunia.

Dari kasus yang ditangani Dr. Thomas Oxley, dua dari lima pasien Covid-19 dengan komplikasi stroke terlambat mendapatkan bantuan medis.

Padahal, pasien stroke pada pembuluh darah besar umumnya bisa diselamatkan apabila gumpalan darah atau pembekuan darah segera ditangani dalam rentang waktu enam jam sampai 24 jam setelah serangan stroke.(TRIBUN)


Reporter : Hadi





Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here