PSK di Tengah Pandemi COVID-19

Penulis: Roniansyah, SKM (Pegiat HIV)

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Sudah hampir dua bulan sedari Maret hingga Mei 2020, Indonesia dilanda wabah Covid-19. Dilansir dari Kompas, kasus positif semakin bertambah sampai dengan hari ini sekitar 18.496 ribu kasus dengan tambahan 486 kasus.

Artinya belum ada kepastian kapan wabah Covid-19 di negeri ini berakhir. Setiap sektor usaha luntang lantung bahkan beberapa perusahaan besar di Indonesia terpaksa mem-PHK karyawannya karena sudah tidak mampu memberi upah lantaran kondisi ekonomi yang tidak stabil.

Semakin jelas bahwa wabah Covid-19 ini memberikan dampak global yang semakin hari semakin menggerogoti sendi-sendi kehidupan, terutama bagi pekerja informal seperti ojek online, buruh harian, pedagang kaki lima, petani tambak, nelayan dan lainnya.

Dari sekian contoh pekerja informal, mungkin menarik untuk dibahas yaitu nasib para pekerja seks komersial atau PSK. Apakah selama Covid-19 mereka tetap menjajakan dirinya kepada para lelaki hidung belang demi bertahan hidup di tengah wabah Covid-19 ?

Mungkin saja sebagian besar para PSK tetap bergerilya mencari mangsa mencari langganan meskipun risiko tertular Covid-19 sangat terbuka lebar. Beberapa media nasional bahkan memberitakan para PSK tetap menjajakan diri ditengah wabah Covid 19.

Seperti di Jakarta Utara yang diberitakan Kompas, polisi menggerebek sejumlah kafe dan hasilnya kurang lebih 106 orang terlibat prostitusi. Terdiri dari pengunjung, karyawan, pemilik dan khususnya para PSK (kompas).

Begitu juga di Aceh ada tujuh mami muda terlibat prostitusi online dengan tarif 500 ribu sekali kencan. Ketujuh mami muda itu berstatus IRT (ibu rumah tangga (wartakotalive.com).

Sementara di Nusa Tenggara Timur ada oknum PNS menyewa empat PSK online dengan tarif Rp200 ribu sekali kencan. Salah satu PSK bahkan masih dibawah umur (suara.com). Di Thailand ada sekitar 300 ribu PSK kehilangan pendapatan dan memaksa turun ke jalan untuk menjajakan dirinya.

Sebelum ada Covid-19, di Thailand berbagai klub malam, panti pijat dan tempat hiburan lainnya buka hingga dini hari (CNN Indonesia).

Lantas bagaimana dengan Kaltara khususnya Kota Tarakan sebagai salah satu pusat hiburan malam? Berjamurnya diskotik, spa, panti pijat dan hotel-hotel membuat Tarakan menjadi tempat transit para kalangan berduit yang datang dari luar Tarakan.

Bagaimana aktivitas PSK di Tarakan selama wabah Covid-19 ? Sejak adanya Covid-19 hingga bulan Ramadan, segala tempat hiburan malam, spa, panti pijat resmi ditutup sementara waktu.

Tapi mungkin saja tetap ada aktivitas PSK selama wabah Covid-19. Lagi-lagi karena demi bertahan hidup dan persoalan terhimpit ekonomi. Dirreskrimsus Polda Kaltara mengungkap praktik prostitusi online terbesar di Kaltara dengan tarif tiga PSK sekitar 23 juta.

Kejadiannya pada April 2020 lalu, di salah satu hotel di Tarakan sebagaimana diberitakan mediakaltara. Artinya wabah Covid-19 sudah terjadi di Kaltara, akan tetapi aktivitas para PSK tetap berlangsung.

Terhitung sudah dua bulan, Kaltara khususnya Tarakan dilanda wabah Covid-19. Per hari ini kasus positif Kaltara 160 kasus, Tarakan 42 kasus. Padahal baik imbauan maupun aturan telah berlakukan. Khususnya Tarakan telah memberlakukan PSBB sejak 26 April hingga 30 Mei nanti, segala upaya telah dilakukan demi memutus rantai penularan Covid-19.

Ada kemungkinan selama Covid-19 di Tarakan, para PSK bersembunyi dan menjajahkan dirinya di kos-kosan, hotel atau tempat khusus lainnya. Bahkan para PSK juga mempromosikan dirinya di media sosial.

Menelusuri jejak mereka (PSK) sebenarnya tidak terlalu sulit. Salah satunya mencari di media sosial khusus (michat, wechat, beetalk dan lainnya). Jika lagi-lagi persoalan urusan perut karena terhimpit ekonomi sehingga butuh biaya hidup apalagi karena situasi sulit saat ini, sebenarnya tidak bisa disalahkan juga karena mereka (PSK) merupakan masyarakat terdampak Covid-19.

Apakah juga mereka layak untuk diberikan bantuan seperti halnya masyarakat lainnya? Banyak faktor internal dan eksternal kenapa mereka menjadi PSK dan juga sulit untuk keluar dari dunia prostitusi.

Meskipun nantinya Covid-19 benar-benar berakhir tetapi prostitusi tetap ada dan selalu ada bahkan kasus HIV AIDS indonesia semakin bertambah.

Per Juni 2019 sekitar 349.883 kasus (infopublik). Bahkan diprediksi meningkat di tahun 2020 (detikhealth). Kasus HIV Aids di Tarakan tahun 2019 sekitar 103 kasus dan kaltara 204 kasus (KDS Spirit Borneo).

Memerangi prostitusi itu butuh komitmen dan kekompakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat. butuh pasukan dan amunisi yang banyak dan memadai.

Khusus buat PSK bagaimana dilakukan pembinaan, penyadaran secara agama dan berikan pelatihan sesuai minat dan bakat mereka. Berperanglah pakai hati dan perasaan jangan pakai kekerasan apalagi menimbulkan stigma dan diskriminasi terhadap mereka.

Semoga wabah Covid-19 segera berakhir. Tetap jaga kesehatan diri dan keluarga. Terlebih kita sebagai umat ciptaan Tuhan pasti mampu melewati ujian ini. Karena Tuhan tidak mungkin menguji di luar batas kemampuan kita. (***)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here