KAYANTARA.COM, TARAKAN – Inflasi di Provinsi Kaltara pada bulan Mei 2020 berbeda dengan pola historis bulan Lebaran yang mengalami inflasi. Pada tahun 2020 ini mengalami deflasi dibandingkan rata-rata inflasi bulan Lebaran selama lima tahun terakhir.
Bank Indonesia Perwakilan Kaltara mencatat deflasi didorong oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami inflasi sebesar -0,50% (mtm) di tengah terkendalinya kelompok lainnya. Selain itu, adanya sedikit kenaikan pada kelompok transportasi sebagai dampak dibukanya beberapa rute penerbangan menahan deflasi lebih dalam.
“Kelompok transportasi tercatat mengalami inflasi sebesar 0,01% (mtm). Di sisi lain, kelompok perumahan, listrik, air dan bahan bakar tercatat tidak mengalami pergerakan dengan inflasi 0,00% (mtm),” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltara, Yufrizal, dalam press rilisnya, Rabu (3/6).
Dia menerangkan kelompok makanan, minuman dan tembakaupada bulan Mei 2020 mengalami deflasi sebesar -0,50% (mtm). Lima komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan (%mtm) antara lain bayam (-0,14%), kangkung (-0,11%), bandeng (-0,06%), cabai rawit (-0,04%) dan telur ayam ras (-0,03%). Sementara itu, komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan (%mtm) terbesar yaitu bawang merah (0,08%), udang basah (0,06%), tomat (0,04%), kol (0,02%), dan labu (0,01%).
“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami penurunan sebagai dampak dari adanya limpahan produksi beberapa komoditas hortikultura seiring membaiknya cuaca di wilayah Kaltara, setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi,” jelasnya.
Di sisi lain, komoditas bawang merah mengalami kenaikan secara nasional sehingga menahan penurunan kelompok ini lebih dalam. Meskipun demikian, secara tahunan, kelompok makanan, minuman, dan tembakau tercatat inflasi sebesar 0,03% (yoy).
Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya pada Mei 2020 tercatat tidak mengalami pergerakan dengan inflasi sebesar 0,00% (mtm). Secara tahunan, kelompok tersebut mencatat inflasi sebesar 1,41% (yoy).
Di samping itu, terjaganya inflasi pada Mei 2020 utamanya didorong oleh terkendalinya kelompok transportasi khususnya tarif angkutan udara. Penurunan tarif terjadi sejak Februari hingga April 2020 ditambah adanya beberapa rute penerbangan yang ditutup sementara akibat menyebarnya wabah Covid-19.
Lebih lanjut dikatakan Yufrizal, adanya PSBB di Tarakan turut menurunkan tarif angkutan udara. Namun pada Mei 2020, terdapat sedikit peningkatan tarif angkutan udara sejalan dengan mulai dibukanya beberapa rute penerbangan.
“Kedepan inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2020, yaitu 3,0±1%. Untuk itu, koordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus diperkuat dalam menghadapi sejumlah risiko yang dapat mendorong kenaikan harga, termasuk memitigasi dampak penyebaran Covid-19 terhadap inflasi di wilayah Kaltara,” demikian Yufrizal. (sur)