Puluhan Penyandang Disabilitas Ini Hasilkan Batik Khas Tarakan

Rumah Batik Disablitas yang sudah menghasilkan beberapa motif batik salah satunya khas Tarakan yakni Padaw Tujug Dulung. (Foto: Mansyur/Kayantara.com)

KAYANTARA.COM, TARAKANKeterbatasan kerap kali dianggap sebagai limitasi kemampuan. Tapi tidak dengan penyandang disabilitas yang ada di Kota Tarakan ini.

Tergabung dalam Rumah Batik Disabilitas, puluhan penyandang disabilitas diasah untuk menghasilkan sebuah karya seni yang bisa diperjualbelikan kepada konsumen.

Bahkan, batik bermotif Padaw Tujuh Dulung yang terukir indah dari tangan mereka, kini telah dilirik Pemkot Tarakan untuk dikenakan kurang lebih tiga ribu Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkot Tarakan.

Hal ini disampaikan oleh Wali Kota Tarakan dr Khairul saat meresmikan Rumah Batik Disabilitas pada 14 Agustus 2020.

Rumah Batik Disabilitas ini bekerjasama dengan Komunitas Difabel Tarakan Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Batik (Kubedistik) melalui binaan Pertamina EP Tarakan Field.

Tarakan Field Manager Pertamina EP, Agung Wibowo menuturkan, program pendampingan terhadap kaum disabilitas tersebut sudah berjalan sejak 2019 lalu.

“Tahun ini adalah tahun kelima. Tidak mudah memang melakukan pendampingan kepada penyandang disabilitas. Butuh kesabaran ekstra. Apalagi dalam berkomunikasi memiliki keterbatasan, tapi sekarang persoalan itu dapat diatasi,” kenangnya.

Dia menceritakan, awal mula belajar membatik kaum disabilitas merasa kesulitan. Tapi kali ini mereka sudah bisa menyelesaikan dari awal sampai akhir.  “Awalnya cuma beranggotakan 5 orang, sekarang sudah 22 orang,” sebut Agung.

Pertamina EP Tarakan menargetkan produksi batik dari Kubedistik ini menjadi branding produk khas Tarakan. Langkah promosi sudah dipersiapkan Pertamina EP hingga memanfaatkan media sosial.

Salah satu pengrajin batik dari kaum difabel di Rumah Batik Disabilitas melalui binaan Pertamina EP Tarakan. (Foto: Mansyur/Kayantara.com)

Bahkan, tim manajemen Pertamina EP Tarakan sudah menggunakan batik produksi Rumah Batik Disabilitas tersebut. Ke depan akan disusul penggunaan batik karya rekan disabilitas oleh seluruh karyawan Pertamina EP Tarakan Field.

Ketua Kubedistik Tarakan yang juga seorang Pengrajin Batik Tarakan Sonny Lolong merasa bersyukur dan bangga atas karya anak didiknya yang dilatar belakangi memiliki keterbasan fisik.

“Mereka sudah sudah memahami tehnik membatik dengan baik mulai dari awal sampai akhir dengan hasil 90 persen dan layak jual,” katanya.

Meski begitu, dirinya tetap terus mendampingi kaum difabel ini selam membatik. Sebab, selama pengerjaan ada beberapa hal yang mereka hasil belum sempurna terutama dalam proses pewarnaan.

Tak hanya batik Padaw Tujuh Dulung, para difabel ini juga sudah menghasilkan beberapa motif lainnya yang terus berkembang. Salah satunya batik Pertamina.

Di Rumah Batik Disabilitas ini, paling banyak dihuni penyandang tunga rungu. Sisanya tuna grahanita dan daksa. “Kalau kapasitas per orang belum bisa dipastikan berapa banyak yang bisa dihasilkan, cuma per kelompok bisa sampai 20 lembar, dan sudah layak jual seharga Rp300 ribu per lembar dengan ukuran dua setengah meter per potong,” ungkapnya. (sur)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here