FKPT sebut Peran Dai Sangat Strategis Dalam Deradikalisasi di Medsos

Ketua FKPT Kaltara Datu Iskandar Zulkarnaen saat bertindak sebagai permateri di acara dalam Penguatan Kompetensi Penceramah Agama di Lingkungan Kementerian Agama Kaltara Tahun 2020 di Tarakan,

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kaltara Datu Iskandar Zulkarnaen menegaskan peran dai sangat strategis dalam deradikalisasi, khusus dalam memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam.

“Peran dai sangat strategis, yakni dengan bekal ilmu mereka bisa memberikan pemahaman yang benar dalam melawan kontra terorisme atau deradikalisasi, termasuk di medsos,” katanya saat menjadi pembicara dalam Penguatan Kompetensi Penceramah Agama di Lingkungan Kementerian Agama Kaltara Tahun 2020 di Tarakan, Kamis (15/10).

Menurutnya, deradikalisasi adalah upaya preventif 

kontraterorisme atau stratregi untuk menetralisir paham-paham radikal agar kembali kejalan pemikiran  moderat.

“Kemajuan dunia digital sehingga salah satu jalur cepat dan efektif menyebarkan paham radikal adalah melalui media sosial sehingga hal harus mendapat perhatian serius,” ujarnya.

Misalnya, sebut dia, dengan menggunakan hadist-hadist lemah atau dhaib, maka dijadikan pembenaran untuk radikalisme atau terorisme.

“Masalahnya, bagi orang awam,  begitu disebutkan atas nama agama ditambah ada dasar hukumnya (hadist lemah), maka diyakini itu hal benar,” katanya.

Padahal tidak semua orang paham itu hadist palsu atau shahih sehingga peran para dai atau ustadz sangat penting memberi pencerahan kepada nerizen.

“Jika kita amati di medsos belum berimbang antara radikalisasi dengan yang deradikalisasi pemahaman agama, lebih banyak postingan yang berisi hoaks dan hasutan ketimbang pencerahan agama,” urainya.

Ia mencontohkan masih banyak yang memahami jihad sebagai sebuah tindakan yang disertai tindakan kekerasan.

Padahal dalam Islam, pengertian  jihad sangat mulia karena untuk menghidupkan bukan untuk mematikan.

Secara filosoti,  jihad (perjuangan dengan fisik) tidak terpisah dengan  ijtihad (perjuangan dengan nalar), dan mujahadah (perjuangan dengan kekuatan rohani).

“Jadi harapan kita, para dai tidak saja aktif melalui ceramah tatap muka namun lebih rajin  memberikan penceraham untuk deredikalisasi melalui media sosial dan media massa,” demikian Datu Iskandar. (*/sur)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here