KAYANTARA.COM, TARAKAN – PT Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field memutuskan untuk memberi ruang bagi para penyandang disabilitas melalui usaha kerajinan tangan.
Hal ini untuk memberdayakan penyandang disabilitas dan memperbaiki kehidupan mereka dari sisi keuangan dan emosional di tengah pandemi Covid-19 yang hingga saat ini tak kunjung berakhir.
Seperti yang dilakukan PT Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field kepada 22 penyandang disabilitas di Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara.
Yaitu mengembangkan batik lokal yang bekerjasama dengan Kelompok Usaha Bersama Disabilitas Batik (Kubedistik) Tarakan sejak Maret lalu di Rumah Batik Disabilitas yang dikelola oleh seorang pengrajin batik bernama Sonny Lolong di Jalan Pulau Nias Kelurahan Kampung Satu/Skip.
Ya, batik merupakan salah satu kain tradisional nusantara yang dibuat menjadi pakaian untuk menghadiri acara resmi. Salah satunya acara seremonial yang digelar pemerintah daerah maupun pusat.
Seluruh produknya dibuat oleh penyandang disabilitas dengan menggunakan bahan alam. Seperti pemberian warna alami yang memanfaakan kayu bakau atau kayu merah.
Pewarna dari alam ini merupakan satu-satunya yang dilakukan oleh kelompok batik. Sehingga tak heran jika Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field kini dijuluki sebagai THE ONE ONLY.
Relation & Formalities Staff Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field Kikie Muhamat Rijkie mengatakan, pembinaan kaum difabel dalam kelompok tersebut telah berjalan sejak 2019 lalu.
“Setiap komunitas masyarakat memiliki 5-10 persen penyandang disabilitas, dan kota kecil biasanya menangani mereka dengan kurang baik,” sebutnya, Kamis (5/11/2020).
Menurutnya, akibat kekurangan empati, infrastruktur, fasilitas, dan kasih sayang kerap menghambat penyandang difabel. Apalagi di tengah pandemi saat ini.
“Atas dasar itulah kami mengikutsertakan mereka di dalam sebuah kegiatan yang dapat membantu mereka untuk fokus dan tidak terlalu membebani keluarganya,” kata Kikie Muhamat Rijkie.
Kepedulian Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field juga dilandasi karena tak ingin membiarkan mereka hanya duduk di rumah tanpa tujuan yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial, psikologis, dan fisik.
Selain itu, jelas dia, bentuk implementasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor PER-05/MBU/2007 adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Program ini juga dilatarbelakangi dengan adanya 530 disabilitas yang kurang mendapatkan perhatian di Kota Tarakan. Bahkan, minimnya pengetahuan masyarakat terhadap seni budaya batik khas Tarakan.
Dasar lainnya pemberdayaan masyarakat dalam hal ini penyandang disabilitas, juga bagian melaksanakan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang mengatur tentang kewajiban negara dalam melindungi setiap warga negaranya termasuk juga untuk melakukan Penghormatan, Perlindungan, dan Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas.
Kikie Muhamat Rijkie menambahkan selain menghasilkan finansial bagi pengrajin, pencapaian program Kubedistik ini juga telah meraih beberapa penghargaan.
Yakni masuk di majalah Inacrafft News edisi Februari 2020, terbit dalam jurnal internasional di Indonesian Journal of Digital Society (IJDS) tahun 2020, mengeluarkan buku Teknik Membatik tahun 2020. Serta telah dikeluarkannya tiga hak cipta yang diterbitkan oleh Direktorat Kekayaan Intelektual.
Adapun motif yang mereka buat adalah Padaw Tujuh, Tanduk Galung, dan Singkui Baloy. Bahkan salah satu motif dari produk mereka kini telah dipakai seluruh karyawan Pertamina EP Tarakan Field setiap hari Kamis.
Sementara batik bermotif Padaw Dulung yang diambil dari bahasa Tidung, yakni perahu tujuh haluan, juga telah dikenakan para ASN di lingkungan Pemkot Tarakan. Batik lokal ini dipatok seharga 300-400 ribu per lembar.
“Hingga saat ini kelompok Kubedistik ini meraup pendapatan Rp143 juta per tahun. Baik dari penjualan batik, masker dan baju hazmart,” tambah dia.
Pemasarannya dilakukan secara online dengan menggunakan instagram dan facebook serta di Kantor Pusat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Pemkot Tarakan.
“Rumah Batik Kubedistik sebagai wadah untuk bertukar gagasan dan pikiran serta menyalurkan hobi dan bakat. Produk mereka juga dipakai untuk karyawan Pertamina EP Tarakan,” katanya.
Rumah Batik Kubedistik merupakan mitra binaan dari PT Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field. Rencana pembinaan oleh Pertamina EP Tarakan dilaksanakan selama lima tahun.
Ketua Kubedistik Tarakan Sonny Lolong menuturkan melalui kepedulian Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field, kaum difabel kini merasa sangat terbantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Termasuk untuk keluarganya.
“Proses membatiknya biasa menggunakan teknik cat yang hanya membutuhkan waktu satu hari, berbeda dengan teknik tulis yang membutuhkan dua hingga tiga bulan,” kata Sonny Lolong.
Menurutnya, pengajaran membatik bagi kaum difabel sangat berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Sebab, rerata kaum difabel mayoritas menyandang tuna tuli.
“Kaum difabel ini tuna tuli atau pendengarannya kurang bagus dan tidak bisa bicara hanya menggunakan bahasa isyarat. Solusinya kami menggunakan bahasa isyarat dari A hingga Z,” tutur Sonny Lolong.
“Kalau kita gunakan teori itu tidak bakalan masuk secara langsung, karena tidak bisa mendengar dan bicara. Maka dari itu kita langsung praktik agar mereka dapat memahami dengan cepat bagaimana cara membatik,” terangnya.
Program pengembangan masyarakat (PPM) mitra binaan PT Pertamina EP Asset 5 Tarakan Field ini mendapat apresiasi dari Walikota Tarakan, dr Khairul.
Ditemui terpisah, sebagai bukti apresiasinya Walikota mengatakan para ASN telah mengenakan seragam batik dengan motif khas Tarakan yang dihasilkan para kaum difabel binaan Pertamina EP Asset 5 Field Tarakan sebanyak 3000 lembar.
“Hal ini upaya merupakan upaya Pemkot Tarakan untuk bisa meningkatkan perekonomian masyarakat terutama pelaku UMKM di tengah pandemi Covid-19,” kata Khairul. (pri/mil)