Periode September, Kaltara Deflasi 0,03 Persen

Grafik ilustrasi : Dok Kayantara.com

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Bank Indonesia merilis pada September 2021, Kalimantan Utara (Kaltara) mengalami deflasi 0,03%  dengan Kota Tarakan yang tercatat mengalami deflasi 0,13%.

Sedangkan Tanjung Selor inflasi 0,39%. Kondisi deflasi ini disebabkan oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang tercatat kembali mengalami deflasi 0,29% setelah Agustus 2021 juga deflasi 0,82%.

BI juga mencatat rendahnya tekanan inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau terutama disebabkan oleh melimpahnya pasokan bahan makanan seperti daging ayam ras dan cabai rawit dari daerah pemasok.

Selain kelompok makanan, minuman dan tembakau, kelompok transportasi juga masih mengalami deflasi 0,17% setelah pada bulan sebelumnya juga deflasi 1,53%.

Berdasarkan perkembangan tersebut, inflasi tahunan Kaltara pada periode September 2021 sebesar 0,36%, atau masih berada dibawah kisaran sasaran inflasi 3,0% ±1%.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Kaltara Tedy Arief Budiman mengatakan tiga komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan adalah dari kelompok makanan, minuman dan tembakau, antara lain daging ayam ras (-0,05%), bawang merah (-0,03%), dan cabai rawit (-0,018).

“Komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan terbesar yaitu bayam (0,06%) dan tomat (0,05%). Deflasi yang lebih rendah pada September 2021 untuk kelompok makanan, minuman, dan tembakau disebabkan oleh mulai membaiknya demand masyarakat ditengah terjaganya pasokan dari daerah penghasil,” jelasnya.

Secara bulanan kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil deflasi 0,09%. Sedangkan secara tahunan kelompok tersebut memberikan andil terhadap inflasi sebesar 1,09%  di September 2021.

Masih terjadinya deflasi pada kelompok transportasi seiring dengan perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 4 di beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Kaltara hingga September 2021.

Kondisi ini berdampak pada penurunan mobilitas termasuk dari pergerakan masyarakat menggunakan moda transportasi udara sehingga turut menyebabkan adanya penurunan tarif angkutan udara.

Dengan demikian, secara bulanan dan tahunan, kelompok transportasi memberikan andil deflasi 0,02% dan 0,87 %.

“Mencermati perkembangan sampai dengan September 2021 tersebut, inflasi akan tetap dijaga sehingga berada pada sasaran inflasi 2021, yaitu 3,0±1%. Untuk itu, koordinasi antara Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) akan terus diperkuat dengan melakukan berbagai tindakan yang salah satunya adalah secara berkala menyelenggarakan High Level Meeting (HLM) TPID,” ujarnya.

Tedy juga menjelaskan HLM TPID yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dari tingkat Provinsi, Kabupaten, serta Kota di Kalimantan Utara ini diharapkan mampu menemukan isu lokal terkait kondisi dan permasalahan pemenuhan pasokan intra daerah serta merumuskan langkah-langkah efektif yang dapat digunakan sebagai solusi dari permasalahan tersebut.

“Di sisi lain, Bank Indonesia terus aktif bersinergi dengan berbagai pihak termasuk Pemda untuk terus menjaga daya beli masyarakat tetap kompetitif melalui berbagai program termasuk pengembangan produksi, produktifitas, dan target market UMKM dikala pandemi,” pungkasnya. (pri)

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here