KAYANTARA.COM, TARAKAN – Sejak Pemerintah Indonesia melalu Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 pertama kali mengumumkan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pada awal Maret 2020 lalu, aktivitas perkantoran, sekolah, kampus, tempat ibadah dan lainnya masih terbilang normal.
Namun seiring berjalannya waktu, perkembangan kasus positif Covid-19 terus tumbuh, bahkan merambah hingga ke seluruh penjuru daerah di Indonesia. Sehingga hal demikian berdampak pada segala aktivitas menjadi terbatas, termasuk kegiatan di kampus.
Salah satunya jadwal perkuliahan dihentikan untuk sementara waktu terhitung sampai hari ini. Ironisnya, cukup banyak mahasiswa yang masih bertahan dan belum bisa pulang ke daerah asalnya, termasuk mahasiswa asal Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara.
“Terlebih situasi saat ini yang semakin tak menentu dan belum bisa dipastikan sampai kapan Covid-19 ini segera berakhir,” kata Roniansyah, SKM salah satu alumni FKM UMi Makassar.
Menurutnya, kendati mahasiswa luar daerah asal Tarakan itu telah mendapatkan bantuan biaya hidup dari orang tuanya selama Covid-19, namun dirasa kurang karena lantaran kondisi ekonomi orangtuanya juga terkena imbasnya.
“Jadi harapannya mereka bisa dibantu biaya hidup dari bantuan Pemkot Tarakan selama Covid-19, meskipun bukan sebuah kewajiban pemkot untuk membantu, akan tetapi mahasiswa Tarakan juga merupakan klaster yg terdampak Covid-19 dan juga bagian dari warga kota Tarakan,” ujarnya.
Apalagi, lanjut Roni, para mahasiswa tersebut menimbah ilmu di kampus yang mayoritas merupakan daerah zona merah Covid-19. Diantaranya Makassar, Malang, Samarinda, Yogyakarta dan Jakarta.
“Menurut informasi yang saya dapatkan Pemkot Tarakan berkomitmen untuk membantu mahasiswa Tarakan yang ada di luar daerah. Akan tetapi kapan bantuannya disalurkan hingga saat ini masih menunggu informasi selanjutnya,” bebernya.
“Penyalurannya bisa saja melalui organda mahasiswa atau pribadi, yang terpenting data mahasiswa harus valid sesuai jumlah mahasiswa yang terdampak Covid-19,” tambah Roni.
Dia menuturkan mahasiswa di luar daerah sebagian bertempat tinggal di asrama milik Pemkot Tarakan, ngekos dan tinggal bersama keluarga orangtuanya. Termasuk di asrama milik Pemprov Kaltara.
“Akan tetapi pendataannya tetap di Pemkot Tarakan karena merupakan warga Tarakan. Jadi seolah olah karena tinggal di asrama pemprov terus meminta bantuannya ke Pemprov Kaltara, menurut saya salah sasaran tembaknya,” imbuhnya.
Terkecuali, masih dikatakan Roni, Pemkot Tarakan tidak mampu membantu mahasiswa Tarakan karena persoalan minimnya anggaran jadi bisa saja meminta bantuannya ke Pemprov Kaltara.
“Aturan mainnya sudah jelas, jadi sesuaikan jalurnya jangan langsung menembak ke atas. Harapan saya semoga mahasiswa Tarakan tetap jaga diri, jaga kesehatan dan tetap semangat dengan situasi sekarang ini. Semoga musibah ini segera berakhir dan mahasiswa Tarakan yang ada di luar daerah bisa beraktivitas seperti sedia kala,” demikian Roni. (*/sur)