Alot, Gejolak Harga Udang Dibahas Bersama Pengusaha Tambak Sampai Pagi

FGD saat membahas anjloknya harga udang windu bersama pengusaha tambak, malam tadi.

KAYANTARA.COM, TARAKAN – Pembahasan anjloknya harga udang windu, yang difasilitasi oleh Pemprov Kaltara, melalui Focus Group Discussion (FGD), berlangsung alot, Rabu (20/2) malam. Dimulai pukul 20.00 WITA, diskusi yang digelar di kantor Badan Penghubung Pemprov Kaltara di Jalan Mulawarman, kota Tarakan, baru rampung pukul 01.00 WITA dini hari tadi.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kaltara Amir Bakry, dan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan, Koperasi (Disperindsgkop) dan UKM Kaltara Hartono, turut hadir, bersama perwakilan pengusaha tambak se-Kaltara, serta perwakilan perusahaan cold storage.

“Kita hanya memfasilitasi masalah harga udang ini, yang tujuannya untuk mencari solusi bersama,” kata Amir, dalam pertemuan itu.

Menurut Amir, informasi yang diterima petambak hanya segelintir saja. Karena, sebut dia, harga udang windu di Kaltara masih tinggi. “Cuma harga udang dan komisi dipisah. Misalnya size 20, harganya Rp145 ribu ditambah komisi Rp62 ribu. Dan ditambah kalau bisa mempertahankan kualitasnya harga lebih bagus lagi. Berarti, bisa sampai Rp230 ribu hingga Rp240 ribu,” katanya.

Dia juga mengakui, kondisi tersebut tidak lepas dari wabah virus corona yang terjadi di Wuhan, China.

“Sebagian ekspor di Kaltara banyak dibawa ke Jepang. Saat bersamaan produksi di negara lain melimpah, akhirnya banyak udang masuk ke Jepang. Produksi banyak, berarti harga berkurang,” sebut Amir.

Sejauh ini, udang biasa dipasarkan ke China. Namun, lantaran di China barang tidak bisa masuk dan toko banyak yang tutup, akhirnya udang banyak yang dibawa ke Jepang dan Eropa maupun Amerika, sehingga terjadi penurunan harga.

“Perwakilan dari cold storage yang hadir hanya menerangkan terkait perbedaan, antara harga udang yang diberikan kepada petambak,” kata Amir.

PT Mustika Aurora misalnya, hanya memberikan gambaran bahwa harga Udang Windu dengan size 20 di harga Rp235.000 per kg. Belum termasuk nilai tambah, jika udang windu dari petambak memiliki kualitas baik sesuai standar yang ditetapkan cold storage.

Terkait dengan kondisi harga udang windu yang dinilai belum membaik, secara umum dari pihak cold storage menyampaikan, ada pengaruh dari isu global, yakni wabah virus corona.

“Pilihannya kembali kepada petambak. Kalau ingin mendapat harga sesuai dengan yang diberlakukan pihak cold storage, maka petambak harus mengantar langsung udangnya ke cold storage, tanpa melalui perantara pihak tertentu,” ungkap Amir.

Namun, jika petambak jual ke pos pembelian, diakuinya ada keuntungan seperti membantu bibit maupun sarana produksi dan modal usaha, tetapi tetap dikenakan potongan. Sedangkan cool storage, kata dia, tidak menjamin kebutuhan petambak.

“Kami ini hanya memfasilitasi, tapi kalau menekan cool storage harus menekan beli udang petani dengan harga sekian, tidak bisa. Karena, ini sudah mekanisme pasar. Kami hanya bisa memfasilitasi seperti ini, memberikan pemahaman bahwa sebenarnya harga udang ini tidak mudah. Tapi, ada masalah komisi dan harga udang yang dipisah,” tuturnya.

Sedangkan subsidi, diakuinya meski anggaran kecil, pihaknya tetap memberikan bantuan kepada petambak. Dalam bentuk bibit ikan bandeng. Sedangkan, untuk udang bantuan ke induk, agar kualitas benur yang diterima petambak bagus.

Penurunan harga nyaris bersamaan dengan turunnya pula harga kepiting di pasaran.
Para nelayan pun mengalami kerugian hingga belasan juta rupiah. Untuk harga kepiting, yang mengalami penurunan drastis lantaran jumlah yang diekspor mengalami penurunan sejak adanya wabah virus Corona.

Ini dikarenakan negara tujuan ekspor kepiting asal Kaltara termasuk Tarakan ke China, Malaysia dan Singapura. Sementara itu anjloknya harga udang yang disebabkan wabah virus corona, telah dibantah oleh pengusaha tambak.

Lukman, salah satu pemilik pos pembelian udang windu, meminta pemerintah mengambil sikap tegas dengan adanya kesimpangsiuran terkait turunnya harga udang ini.

“Informasinya karena virus Corona salah satunya, tapi harusnya pemerintah memberi informasi sejelas-jelasnya kepada masyarakat, pos pembelian dan nelayan,” kata Lukman, seraya menambahkan persentase ekspor udang ke China sangat kecil dibanding negara lain. (*)

Reporter: Mansyur Adityo

Iklan



LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here